Itinerary Paling Heboh, KL Trip Part 2 (30 Jan ’20)

“Cuyy, udah jam 4.30 ayo kita bangun.”

Gue masih ingat gimana suara Bella menyuruh kita bangun. Awalnya, sebelum pergi bareng mereka jujur aja gue was-was ngaret. Gue orangnya paling suka on time, kalau ngaret rasanya tuh kurang afdol. Berhubung kita pergi berempat, gue udah bilang dulu sama mereka gimana caranya biar kita gak ngaret di sana. Intinya, kalau kalian punya travel mate, lebih baik bicarain dulu yang kalian suka dan tidak suka biar selama perjalanan gak ada yang sakit hati atau marah apalagi sampai merusak mood kalian jalan-jalan.

Yang paling pertama giliran mandi itu Joan, karena persiapan pasca mandi dia agak banyak. Dan setelahnya kita bergantian mandi (penyusunan berdasarkan kebutuhan waktu mandi hahaha, kalau misalkan bisa mandi 5-10 menit ditaruhnya paling terakhir). Nah pas Joan mandi, Gue dan Bella langsung bangun buat bikin sarapan. Sedangkan Nova masih goleran (re: berbaring) di kasur. Fyi, semalam kita itu ke mini market di lobby untuk membeli beberapa makanan lain karena takut gak akan kenyang kalau makan dimsum aja. Akhirnya, kita membeli telur dan mie goreng. Nah, untuk jatah hari ini, kita memasak mie goreng dan memanaskan dimsum.

Tunggu, kenapa kita bangun pagi banget? Apalagi jam 4.30 di sana berarti jam 3 subuh di Indonesia. Jadi, sebenarnya alasan pertama takut kita ngaret hehehe, alasan kedua karena kita mau mengejar pembelian tiket bus ke Genting soalnya kata mama gue loketnya udah buka dari jam 7, dan biasanya sudah banyak orang yang mengantri. Daripada kita kebagian tiket siang dan gak keburu explore Genting, akhirnya kita datang lebih pagi.

Langit masih gelap ketika kita berempat keluar (jam 6.30) dari apartemen menuju loket bis yang ada di basement KL Sentral. Dan ternyata… zonk! Loketnya baru buka jam 8 pagi. Akhirnya begitu sampai di sana, kita berempat kayak orang bego duduk nungguin loketnya buka. Kayaknya kita ada duduk gak jelas selama 30-40 menit, mulai ngantuk karena bangun kepagian. Lucunya, kita gak kepikiran untuk mengganti itinerary sampai akhirnya Nova dengan cerdas bilang, “Kenapa kita gak ke Batu Cave aja? Daripada kayak orang bego duduk di sini.”

“Bener juga woy, kok tumben pinter.” Gue masih inget gimana Bella tertawa dengan semangat menyadari kita berempat bego banget cuma duduk buat nungguin loket buka. Meski itinerary kita berbeda, akhirnya jadwal itinerary H3 jadi dipindah ke H2.

Nah, sebenarnya sayang banget sih kita berangkat ke batu cave dari KL Sentral karena memakan waktu 45 menit sedangkan dari apartemen kita itu lebih bentar (harga KTM dari KL Sentral ke Putra: 2.6 RM). Apalagi, waktu itu ada perbaikan KTM sehingga kereta kita berhenti sekitar 20-30 menit. Begitu duduk di kereta, gue udah langsung merem mata karena ngantuk, seinget gue ketiga teman gue melakukan hal yang sama hahaha. Tapi biasanya Joan dan Bella gak tidur selama perjalanan sih. Mereka malah bilang kalau di bus atau kendaraan gitu gak bisa tidur. Lah kalau gue? Sudah dijamin nempel dan ngorok hahaha.

BATU CAVE


Sesampainya di KTM Putra, kalian wajib banget buat langsung ke toilet ya! Karena di dalam Batu Cave sendiri tuh gak ada toilet (atau mungkin ada tapi guenya gak tahu). Dan kita sampai di Batu Cave sekitar pukul 8.30. Sebenarnya ini udah terhitung siang karena semestinya kita udah sampai di sini begitu matahari baru benar-benar terbit, jadi masih sepi dan gak banyak orang. Semakin banyak orang, kalian bakal semakin sulit buat mendapatkan foto yang bagus. Apalagi, semakin siang udara semakin panas. Tanpa udara panas pun kalian pasti ngos-ngosan menaiki ratusan anak tangga mereka untuk menuju puncak.

Tujuan utama Batu Cave dicat ulang supaya semakin banyak orang tertarik datang, dan bahkan kalau kita udah datang jadi kepengin datang lagi. Kalau kalian datang ke sini, pakailah pakaian yang sopan (jangan pendek di bawah lutut) karena ini tempat ibadah, dan kalau pakaian kalian pendek, kalian disuruh beli kain yang mahal. Jujur aja, gue juga kepingin balik lagi ke sini setelah melihat foto para travel blogger.

Di bagian halaman sebelum tangga yang sering kita lihat di feeds instagram, kalian bakal melihat banyak sekali burung merpati. Di sisi kanan kiri jalan pun banyak orang India yang berjualan bunga, dupa dan peralatan sembahyang lainnya. Jadi sebenarnya Batu Cave ini merupakan kuil doa yang dibangun di dalam goa. Kalau misalkan kalian mau foto-foto aesthetic lari dikelilingi burung terbang, lebih baik kalian beli pakan burung di dekat sini hehehe karena burungnya nempel banget sama yang pegang makanan. Beware! Kalau kalian tidak hati-hati, kalian bisa dipup sama burung dan jangan kaget kalau di halaman Batu Cave ini bau kotoran burung.

Selanjutnya yang harus kalian perhatikan adalah monyet. Mulai dari halaman, tangga hingga ke dalam goa kalian pasti menemukan banyak monyet berkeliaran. Dan monyet-monyet ini tergolong liar menurut gue. Usahakan semua makanan kalian itu masuk tas, jangan ada yang dipegang. Kalau kalian megang makanan, monyet itu bakal menghampiri dan menyambar makanan kalian. Meskipun makanan kalian di dalam kantong plastik ya. Nah, pinternya, monyet-monyet ini gak akan menghampiri kalian kalau menenteng botol air minum. Mungkin udah bosan kali ya hahah.

Yang menurut gue paling berguna selama di Batu Cave adalah kipas angin mini. Sebenarnya, gue udah merencanakan ini dari jauh-jauh hari karena mengingat Kuala Lumpur itu panas. Mendaki ratusan anak tangga selain capek, kalian bakal keringatan, panas dan lengket. Kipas angin betul-betul menjadi penyelamat sih! Selama kita mendaki ratusan anak tangga (ada 272 buah), gue ditemani dengan Nova. Bisa dibilang kita lebih menikmati perjalanan pendakian sambil foto-foto yang banyak hahaha. Kalau Joan sama Bella udah ngibrit duluan ke atas karena gak kuat sama bau-bau yang ada di Batu Cave.

Oh ya, kalau kalian niat dan bawa kamera, kalian bisa foto dari bawah halaman, sehingga dapat si anak tangga Batu Cave dari kejauhan. Ini susah banget sih, harus pro dan harus janjian sama temen buat difotoin. Banyak banget bule di sini yang bawa tripod dan kamera buat difoto dari bawah. Berhubung di Batu Cave selalu ramai, gue sarankan kalian belajar ilmu thanos di Adobe Fix. Itu lebih baik ketimbang kalian menunggu keramaian pudar (karena jujur aja, Batu Cave selalu ramai)

Sesampainya di puncak, kalian bisa menemukan beberapa kuil kecil tempat orang Hindu beribadah. Kalau kalian beruntung pun kalian bisa melihat prosesi penyerahan anak dimana kedua orangtua mengangkat tandu berisi anak mereka dari bawah halaman, menaiki tangga hingga ke puncak. Mungkin ini yang melambangkan pengorbanan orangtua ya. Membayangkannya aja gue udah gak mau. Menaiki tangganya aja capek, apalagi jarak antar anak tangganya tuh gak lebar. Kalau kalian gak hati-hati kalian bisa jatuh loh.

Sebenarnya Bella dan Joan nggak pengin naik sampai ke puncak, soalnya gak ada apa-apa. Cuma gue bilang ke mereka, kapan lagi kita naik ke puncak? Kapan lagi kita ke KL? Mumpung kita di sini, udah semua dihajar aja biar jadi memori. Toh buktinya kita sekarang ketawa-ketawa inget betapa capeknya ke puncak Batu Cave. Jam 9.45 kita udah turun lagi dari puncak dan memesan grab buat ke daerah Petaling untuk makan (karena di sana itu Chinatown KL) harga 20 ringgit alias 70 ribu rupiah, tapi berhubung ongkos kita bagi empat jatuhnya lebih murah ketimbang naik KTM apalagi kita harus berjalan dan pindah lane.

CHINATOWN KL (Jalan Petaling)


Sebelum kalian mengexplore jalan Petaling, ada baiknya kalau kalian mampir sejenak di Kwai Chai Hong. Bisa dibilang tempat ini baru dibuka dan masih menjadi buruan para traveller. Tempat ini mudah banget dijangkau. Kalau misalkan kalian turun di depan gerbang Jalan Petaling, kalian sisa mengetikkan “Kwai Chai Hong” di google maps kalian. Jaraknya cuma 200-300 meter. Oh ya, saat perjalanan menuju Kwai Chai Hong kalian akan melewati Hokow Hainan Kopitiam yang entah kenapa ramai banget. Bahkan orang sampai mengantri di luar toko. Setelah pulang, gue mencari informasi tentang kedai makan ini sudah ada sejak 1956 dan banyak review bilang di sini makanannya enak (hidden gem di Petaling) yang menyajikan makanan pagi klasik seperti telur rebus, kaya toast, dimsum dan hainan coffee. Banyak sumber juga yang bilang dari jam 6 pagi aja antriannya udah panjang. Wah… gue jadi mau ke sini (kalau dikasih kesempatan balik lagi ke KL hehe)

Dengan vibes seperti George Town Penang, kalian bisa menemukan banyak mural di tembok kawasan Kwai Chai Hong. Sebenarnya, kawasannya sempit dan kalian cukup spare waktu di sini sekitar 30 menit paling lama. Mural yang terkenal di sini adalah mural Kungfu Hustle Stephen Chow. Harga masuknya gratis, yang penting kalian pintar mengambil angle untuk berfoto.

Nah, di sini juga kalian bakal ketemu sama Xin Fu Tang. Buat kalian yang baca, kalian gak salah baca kok. Kenapa gue malah masukin XFT yang notabenenya ada di Indonesia ke cerita KL ini? Jadi… yang berbeda, XFT di sini punya es krim boba! Wahhh… ini gak ada di Indonesia kan? Akhirnya, gue dan Bella (yang pencinta boba) tergiur beli es krim XFT yang harganya cukup mahal.

Satu cup es seharga 12.5 RM alias sekitar 45 ribu dalam kurs rupiah. Gue di Indonesia makan Mcflurry yang harganya 12-15 ribu aja bilang mahal, apalagi ini. Tapi, kapan lagi kita coba kan? Nah di XFT ini ada 2 jenis es krim, yang pertama Strawberry Dream dan Fresh Milk with Brown Sugar Boba. Berhubung KL panas dan kita di sana jam 11 siang, es krim merupakan salah satu hal surgawi yang paling nikmat. Kalian juga bisa naik ke atas dan duduk santai karena konsep tempat duduknya sangat artsy dan minimalis (plus ada AC! HAHAH). Rasa es krimnya sebenarnya B aja, tidak seenak yang dibayangkan oleh gue. Rasanya sama persis seperti Brown Sugar Boba Milk dan Strawberry Boba Milk. Tapi menurut gue worth it karena begitu gue tuang ke gelas, takarannya sama seperti XFT pada umumnya. Sayangnya es krim XFT ini cepat lumer, sehingga kalian harus cepat memakannya (atau menuangkannya seperti gue).

Btw, sekilas info… abang XFTnya ngomong ke kita pakai bahasa mandarin hahahha sepertinya karena kita matanya sipit jadi keliatan kayak orang Chinesse.

Next Petaling Street! Kalian bisa menemukan banyak yang berjualan tas dan oleh-oleh. Konsepnya mirip dengan Pasar Baru di Jakarta. Tapi di sini kalian bisa menemukan beberapa makanan yang legendaris. Seperti:

  • Susu Kacang (Kim Soya Bean

SSusu kacang ini enak banget dari 1 sampai 10 gue bakal kasih susu kacang ini nilai 9.5 karena dia gak terlalu manis dan terasa banget asli dari kacang kedelai. Kim Soya Bean ini sudah lama berjualan, kalau dari gerbang kalian sisa berjalan lurus doang dan pasti ketemu tempat ini. Menu yang ditawarkan ada susu kacang (dalam ukuran gelas kecil atau botol), susu kacang ditambah cincau, dan kembang tahu/ taufu fa. Ketiga temen gue pun setuju susu kacang ini enak. Penilaian mereka pun di angka 8 sampai 9. Jadi, gue sarankan kalian harus beli ini (meskipun udah kenyang sekalipun! Haha)

  • Hong Kee Claypot (non halal)

Kita berempat ngeliat ini pertama di IG terus di Youtube rekomendasi makanan di jalan Petaling. Pas nyampe, kita malah zonk karena ternyata mereka baru buka jam 6 sore (sedangkan waktu itu baru jam 12 siang). Konsep mereka itu sebenarnya kayak nasi yang dibakar di atas mangkuk tanah liat dan di atasnya ada potongan-potongan daging babi. Menurut orang ini enak banget, apalagi pas makan kerak nasinya yang wangi. Mungkin kalian bisa mencoba dan kasih gue reviewnya hahaha

  • To Tang City Foodcourt

Seperti foodcourt pada umumnya, kalian bisa memilih banyak jenis makanan di sini, tapi lebih pada jenis makanan Chinese. Jujur aja di sini sepertinya lebih banyak makanan tidak halal (gue bahkan ragu apakah di sini ada yang halal). Nah, kalau kalian bisa makan babi, di sini ada rekomendasi ala gue yaitu Seaweed Steam Pork dari kedai Hongkong Dimsum Porridge (letaknya di dekat pintu masuk). Rasanya masih sama seperti waktu pertama kali gue makan tiga tahun lalu. Semenjak pertama kali makan, gue udah bercita-cita untuk balik lagi ke sini makan. Kalau Nova kebetulan membeli bubur di tempat yang sama seperti gue, Bella dan Joan membeli wantan mee.

CENTRAL MARKET


Perjalanan kita masih berlanjut menuju Central Market. Jadi semisalnya kalian ke Petaling, kalian juga bisa jalan ke sini sekalian karena mereka lokasinya berdekatan (bersebelahan). Di Central Market, biasanya orang membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang seperti snack, kaos bertuliskan I LOVE KL, gantungan kunci, tempelan kulkas dan lainnya. Kalau dulu, gue kesini buat membeli snack-snack ala KL. Seperti mie curry penang, milo cube, dan lainnya. Tapi, pas kemarin ke sini lagi, harganya jauh mahal banget. Saran gue, lebih baik kalian membeli di supermarket ketimbang belanja di sini. Satu-satunya hal yang gue rasa sangat worth it di sini adalah Eureka yang pernah gue bahas di part sebelumnya.

Kejadian yang paling ngakak di Central Market adalah ada dua orang anggota geng kita yang kebelet pup. Lucunya sambil memegang perut, dia udah lari-lari nyari WC. Apalagi WC di Central Market itu bayar, udah bayar juga gak ada air buat cebok. Karena kepepet, ya udah hajar aja. Untungnya kita bawa tisu basah karena mau jaga kebersihan selama Corona.

Bisa tebak siapa yang nanam saham di Central Market? HAHAHA

DATARAN MERDEKA


Sebenarnya itinerary hari ini berdekatan dan sejalur jadi gue bisa bilang kalian bisa banget ngikutin itinerary gue (khusus H2) ini. Sebagai peringatan, H2 ini kebanyakan jalan kaki. Bisa dibilang juga di antara 4 hari kita di sana, H2 merupakan hari paling menguras energi sekaligus seru. Selama berjalan, kita banyak banget ngobrol satu sama lain. Bahkan bercanda satu sama lain contohnya ngetawain Bella yang udah kayak vampir di tengah siang bolong menutup diri dengan syal rapat-rapat, mengeluh kaki sakit tapi tetap aja jalan.

Nah di Dataran Merdeka ini sebenarnya satu kawasan dimana kalian bisa mengexplore:

  • River of Life

River of Life merupakan tempat pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak, pemandangan ini dihiasi Masjid Jamek yang terlihat mini di bagian tengah. Dari sini masjid Jamek kelihatan kecil sampai gue berpikir emangnya orang bakal muat beribadah di sana? Ternyata, itu efek kalau dipandang dari kejauhan. Bisa dibilang daerah River of Life ini seperti taman yang asri. Di sisi sungai terdapat jalan pedestrian yang bersih dan rapi.

Nah kedua sungai ini dulunya berlumpur sehingga diberi nama “Kuala Lumpur” yang menjadi nama ibukota Malaysia ini. Proyek pembangunan River of Life dikatakan untuk mengajarkan masyarakat bahwa kita harus menjaga ciptaan Tuhan dan menggunakannya untuk kebaikan, makanya sungai ini jadi bersih (meski airnya gak jernih) dan tidak ada satu sampah pun. Mulia banget ya.

  • Sultan Abdul Samad Building

Selama menyusuri pedestrian di sisi River of Life, gue ditemani Joan. Bella sama Nova udah ngacir duluan buat nyari tempat berteduh karena emang waktu itu kita jalan sekitar jam 3 sore, tapi panasnya udah kayak di bawah matahari pas jam 12 siang. Gue dan Joan emang orangnya suka foto-foto gedung dan pemandangan. Menurut kita kawasan sini banyak yang bisa difoto dan keliatan aesthetic.

Sultan Abdul Samad ini berada di sebelah kiri River of Life. Kalian bisa melihat sisi depan gedung ini tepat pas seberang dataran merdeka (yang ada jalan rayanya) dan sekarang, kita melihat dahulu sisi dalamnya. Bangunan bersejarah ini dibangun sejak 1893 dimana Sultan Abdul Samad yang waktu itu memerintah Selangor setuju memindahkan ibukota ke Kuala Lumpur. Gedung ini digunakan sebagai perkantoran pemerintah kolonial Britania Raya.

Di kawasan ini kalian bisa melihat banyak tempat duduk dan pepohonan. Dibilang jadi adem, juga nggak sih soalnya emang KL itu panas banget (engap gitu mirip Jakarta). Bangunannya juga ala ala bangunan Barat. Yang bikin unik di sini ada menara jam berwarna krem yang diatasnya ada kubah

  • Masjid Jamek

Dari Sultan Abdul Samad Building kalian akan menyebrangi semacam jembatan gitu untuk melihat Masjid Jamek. Kali ini, gue akan bersama dengan Novani yang pengin ngelihat masjidnya. Kalau Joan bilang dia gak tertarik melihat Masjid Jamek (karena gak ada apa-apa juga), sedangkan Bella sudah masuk kategori badmood karena gak betah kepanasan, dia kebanyakan diem berteduh nungguin kita bertiga explore. Wkwk, maaf ya Bel.

Sebenarnya kita juga bingung pintu masuknya di mana, ternyata Masjid Jamek hari itu lagi ada perbaikan jadi tutup. Kalau gue lihat review travel blogger lainnya, kalian bisa masuk ke dalam loh terus mereka bakal kasih jubah merah supaya kalian lebih sopan memasuki kawasan suci ini. Menurut gue masjid Jamek ini menarik karena dia ini dikatakan sebagai masjid tertua di KL sekaligus telah dinyatakan secara resmi jadi Masjid Nasional.

  • Dataran Merdeka (Royal Selangor Club)

Kalau kalian udah melihat Sultan Abdul Samad Building, ini tuh terletak di seberangnya. Di daerah ini kalian bakal melihat padang rumput hijau, pilar-pilar yang bertuliskan “Dataran Merdeka” dan Royal Selangor Club ini. Sebenarnya, menurut gue nggak banyak orang yang tahu nama bangunan ala Eropa ini. Kebanyakan orang cuma bilang ini Dataran Merdeka soalnya ada pilar yang udah gue sebutkan tadi.

Royal Selangor Club ini juga disebut sebagai Kelab Diraja Selangor, yang dekat sama National History Museum dan dibangun pada 1884. Bangunan ini sampai sekarang dipakai sebagai tempat eksklusif anggota khusus kelab yang isinya fasilitas olahraga dan lainnya, kalau dulu bangunan ini menjadi gedung pertunjukkan.

Buat foto-foto oke lah di sini, bahkan menurut gue tempat ini bagus jadi latar foto dan entah kenapa dia justru lebih adem ketimbang sisi belakang Sultan Abdul Samad Building yang lebih banyak pepohonan. Mungkin karena di sini ada air-air mancur (apa hubungannya ya? Ahhah)

  • KL Gallery

Kalau dari Royal Selangor, kalian sisa lurus doang sampai ngeliatin tulisan I (tanda) Love KL segede gaban. Nah, biasanya orang seneng banget foto di sini sebagai simbol mereka udah “sah” dateng ke KL (selain foto di twin tower juga ya hahha). Biasanya, di sini ngantri panjang kalau mau foto. Untungnya pas kita dateng antriannya nggak panjang sih jadi bisa foto buat kenang-kenangan.

KL Galery ini isinya kayak museum yang menceritakan tentang KL. Berhubung bayarnya lumayan, kita gak masuk ke dalam buat explore. Kita cuma berdiri di depan pintu buat ngadem WKWKK sumpah ya itu enak banget ACnya. Kenikmatan surgawi ketika ketek basah kita mengering secara instan hahhaha canda. Begitu masuk, kita berempat langsung lega gitu hahah. Kalau dulu, gue pernah masuk ke dalam KL Galery, isinya sih kayak penjelasan tentang KL, terus kayak galeri foto, miniatur KL dan lainnya. Bisa dibilang gak terlalu worth it kalau kalian nggak suka sejarah. Kalau kalian suka sama sejarah suatu negara, dijamin kalian senang masuk sini (apalagi dingin HAHAH)


Overall, dataran merdeka menurut gue sebagai kawasan sejarah yang unik. Banyak juga plang-plang penjelasan yang bisa kalian baca, apalagi tempat ini terawat dengan baik. Jujur aja kalau kalian mau datang ke sini wajib banget bawa payung, minimal topi deh karena panasnya kebangetan apalagi kalau kalian udah belanja banyak di Central Market, jadinya “siksaannya” double. Kalau mau lebih bagus lagi pas foto pakailah kacamata hitam soalnya selain panas di sini terik banget sampai kalian mengerinyit terus (bahkan gue sampai keluar air mata saking panasnya). Perkiraannya untuk muter di daerah Dataran Merdeka ini kurang lebih 1 jam, tergantung kalian mau berapa lama foto dan explore. Nah, dari sini kita masih mau ke satu tempat terakhir hehe.

LINC KL

Kita berangkat ke LINC KL dari KL Galery menggunakan Grab yang seharga 9 RM (sekitar 30 ribu rupiah) tapi berhubung dibagi 4 jatuhnya seorang bayar 2.25 RM aka 8 ribuan. LINC KL ini merupakan mall baru yang ada di KL. Pertama kali kita tertarik ke sini gara-gara feed instagram orang:

Akhirnya, sekalian deh cobain mumpung udah sampai KL kan ya. Siapa tahu bisa foto-foto cantik juga. Sebenarnya, ini itinerary yang gue selipkan hahaha mereka ngikut aja soalnya gue tertarik buat ke sini. Sesampainya kita di sini, kita berempat muter-muter buat nyari pintu masuk. Si driver Grab menurunkan kita di dekat parkiran gedung mall. Mungkin karena ini mall baru juga, jadi masih belum jelas juga petunjuknya. Kita udah sampai nanya ke orang, tapi gak dijawab. Kita juga sempet ngikutin orang yang mau masuk, eh ternyata dia sama kayak kita yang berjuang nyari pintu masuk wkkwk. Pokoknya kayak labirin banget deh nyari pintu masuknya. Pusing.

Sesampainya di dalam, LINC KL itu sepi banget padahal waktu itu juga udah sore. Kita mulai nyari spot yang ada di instagram dan akhirnya menemukan tangga warna-warni ini. Bukannya foto-foto, kita berempat malah duduk lesehan berasa di rumah sendiri. Udah buka sepatu dan jingkrak-jingkrak di tangga kayak pemilik mall hahah. Belanjaan kita juga udah banyak gara-gara kita berempat kalap beli Eureka lagi pas di Central Market.

Buat foto di instagram oke sih, cuma nggak ada apa-apa. Akhirnya kita muter sebentar dan menemukan supermarket. Kita berempat akhir masuk dan mulai mengexplore semua lorongnya apalagi kita juga pengin beli air buat stok di rumah. Dan kita… belanja makin banyak hahaha. Mulai dari Joan yang kalap setiap ngeliat ciki-ciki, dia emang paling suka mencoba berbagai macam ciki apalagi dia bilang dia akhirnya ketemu Ruffles yang enak. Banyak juga makanan ringan yang udah kita beli di Central Market ternyata lebih murah di sini. Gilaa, nyeseknya sampai ke ubun-ubun (makanan ringan yang dimaksud kayak: milo cube, kitkat popcorn dll).

Alhasil, belanjaan kita satu keranjang besi lagi HAHAHHA. Kita berempat udah mulai panik karena hari ini belanja banyak banget, ngeluarin duit banyak banget, tapi masih juga tergoda sama berbagai jenis barang unik yang nggak kita temuin di Indo. Kebiasaan dah wkwkwk. Di sini, akhirnya kita berempat saling tarik-tarikan buat ke kasir karena setiap menitnya membuat keranjang kita terisi makin penuh. Berhubung belanjaan kita banyak dan udah campur banget, kita dibayarin sama Nova, sultan kita yang banyak duit tapi irit banget selama perjalanan ini. Dari kita berempat, justru dia yang paling dikit beli barang, kalau yang paling banyak itu biasanya Joan dan Bella disusul gue yang berada di tengah-tengah.

Setelah dari LINC KL, kita berempat pulang dengan barang bawaan yang seabrek. Udah pusing juga pas mesen Grab sampai minta tolong masuk ke Grab point biar kita gak jalan ke depan. Ngakak banget lah pas kita berempat udah saling bilang, “Cuy, ini belanjaan udah banyak. Kita masih perlu makan besok dan lusa baru pulang.”

Dari LINC KL ke apartemen kita harganya 16 RM (4 RM per orang), tadinya gue mau ngajakin mereka buat pergi lagi cabut. Apalagi gue tipikal yang pantang pulang sebelum malam. Tapi mereka udah capek dan bilang takut tepar buat besok ke Genting. Akhirnya kita semua bebersih dan beberes. Berhubung gak ada makan malam, kita akhirnya mau ke Sunway Putra.

SUNWAY PUTRA

Dari Regalia ke Sunway Putra kita cukup berjalan kaki doang. Mantap banget gak nyampe 10 menit kita udah sampai di mall dong hahah berasa orang kaya gitu tempat tinggal dekat sama mall. Dan kali ini, gue bersama Bella dan Nova, meninggalkan Joan di apartemen yang udah mager soalnya udah pake skincare (dia bilang sayang nanti kalau dia keluar lagi mesti pake ulang skincarenya). Lucunya kita bilang Joan pengkhianat di apartemen doang WKWKK sedangkan kita bertiga pergi beli makan.

Gue juga udah bodo amat masuk mall pake baju tidur dong hahahhaa, dan sayang banget kita Cuma bentar di sini karena ternyata di Sunway Putra lumayan lengkap. Gue sebenarnya pengin ngajakin mereka nonton di TGV sini hahahha dan buat makan malam kita memilih Texas yang lebih murah sekaligus Subway buat sarapan besok hari biar dibagi 3 (Bella bilang dia gak kuat makan roti banyak gitu pagi-pagi).

Seperti yang gue bahas sebelumnya, di sini ada juga Daiso (gue pencinta Daiso fix! Wlkwk), TGV, supermarket, dan berbagai kedai makanan mulai dari KFC, BK, Texas sampai ke es krim yoghurt LaoLao. Kalau kalian nginep di Regalia, wajib sih mampir ke sini. Sayang banget waktu itu udah agak malam juga, jadi kita gak bisa explore apa-apa. Bella pun udah capek jadinya kita memutuskan pulang. Nah, berhubung mager, kita memesan Grab HAHHAHA, gaya banget kan. Ini karena udah malem dan kita bertiga cewek.


Overall, H2 was fun. Kita paling banyak muter-muter, paling banyak ngobrol untuk menikmati jalan kaki ini. Masih sama dengan hari sebelumnya, Joan juga masih nyari masker yang susahnya minta ampun. Akhirnya kita ketemu satu-satunya toko yang menjual masker. Itu pun bukan masker yang ijo Sensi tapi masker bebek yang aneh banget hahaha. H2 yang paling gue inget itu pembicaraan kita berempat yang udah itung-itungan duit soalnya udah jajan banyaakkkkk banget sampai kita pulang juga kesusahan banget bawanya. Serius gais. kalap. Hilap.

Itinerary Day 2 (harusnya Day 3 sih)

Kabur ke KL ?!? KL Trip Part 1 (29 Jan ’20)

Bisakah kalian percaya orang mageran yang jarang kemana-mana pas jeda kampus akhirnya main bareng sampai keluar negeri? Di cerita ini kalian akan bertemu dengan empat orang mageran yang biasanya suka merencanakan perjalanan, terus berakhir dengan omong doang dan bertengger di kosan setiap jeda mata kuliah. Bahkan kita jalan berempat aja bisa dihitung jari karena kita cuma keluar kalau ada special occasion seperti ngerjain tugas atau ulang tahun. Sebelum gue mulai lebih lanjut, perkenalkan dahulu kepada 3 teman gue yang telah mengisi 3-3,5 tahun perkuliahan gue.

Pertama, mari berkenalan dengan Joan, anak ARMY yang sering kali punya dunia sendiri dengan mas-mas BTSnya dan yang paling polos (meskipun dia umurnya tidak muda lagi). Kedua, ada Novani, anak yang paling mager di antara kita berempat dan sepertinya paling normal, Novani inilah sang empunya kos yang sering kita bajak hahaha mulai dari tempat ngerjain tugas, tempat bobo siang, tempat naruh printan skripsi sampai jadi basecamp kita. Ketiga, ada Bella, teman paling tua yang masih setengah normal dan bucin setengah mati sama Lee Jong Suk dan Lee Seung Gi (bahkan di bandara dia melihat standee Lee Seung Gi udah girang sendiri loncat-loncat). Bisa dibilang, di antara kita berempat, Nova lah yang paling alim dan normal (karena dia tidak tergoda perihal oppa ganteng hahaha). Gue udah berteman dengan Joan dari pra-kuliah (jadi kita ada sejenis matrikulasi sebelum masuk kuliah), sedangkan berteman dengan Nova di semester 1 dimana kita satu kelompok bareng. Nah, anggota import kita, yaitu Bella baru bergabung ketika perwalian semester 2.

Dan kali ini, kita berempat akan pergi ke Kuala Lumpur! Di perjalanan kali ini gue akan menjadi tour guide ala-ala (padahal biasanya mama gue yang jadi tour guide dan gue hanya terima beres) dibantu dengan mereka yang menyusun itinerarynya. Bahkan, sampai gue menulis ini gue masih gak menyangka kita bakal “jadi” pergi. Perjalanan ini dilakukan dalam rangka selebrasi lulus sidang sekaligus “menikmati hidup” sebelum akhirnya benar-benar terjun ke dalam dunia kerja dan bergelut dengan kesibukan masing-masing.

Kuala Lumpur bisa menjadi awal travelling kalian loh karena negara ini mirip sekali dengan Indonesia. Bahasa yang digunakan juga melayu, jadi kita tidak perlu bersusah payah berbicara dalam bahasa inggris atau mandarin. Kemana-mana pun kalian bisa naik MRT (download maps MRT) atau nanya ke orang kounternya. Kalau kalian berempat kayak kita? Sisa naik grab dan ongkosnya dibagi empat. Bedanya, menurut gue Kuala Lumpur sudah tergolong agak canggih bahkan lebih “bebas” ketimbang di Indonesia. Kalau kalian datang ke Kuala Lumpur saat bulan puasa pun, kalian nggak perlu khawatir gak ada yang jualan makanan. Bahkan, banyak banget orang-orang muslim yang masih berjualan seperti biasanya. Cuaca di Kuala Lumpur pun agak mirip dengan Jakarta, sedikit pengap dan panas. Karena itu, menurut gue Kuala Lumpur dapat menjadi opsi bagus untuk kalian yang baru terjun dunia travelling atau jalan-jalan singkat bareng teman kalian.

Jadi, kita berempat akan berangkat melalui bandara Bandung pukul 8.30 dan janjian untuk kumpul jam 6.30. Nah di sini gue, Nova dan Bella udah kumpul duluan dan disusul Joan yang datang belakangan. Begitu Joan muncul kita bertiga langsung tercengang dan panik sendiri. Jadi teman-teman, kita itu beli tiket pesawat tanpa bagasi saat penerbangan pergi, secara otomatis kita cuma dapat jatah bagasi kabin 7 kg dengan kapasitas 20’. Dan Joan, muncul dengan membawa koper besar yang biasa dimasukin bagasi. Mengingat ini kembali, gue jadi ngakak. Membayangkan mata Nova yang nyaris melompat keluar, ditambah muka frustasi Bella dan Joan yang datang sambil dadah-dadah ke kita dengan polosnya. Waktu itu kita udah bilang ke Joan peraturan-peraturan bagasi kabin kayak gak boleh lewat dari 7kg, cairan gak boleh lewat dari 100ml per barang, dan lainnya. Kita gak kepikiran kalau ukuran koper belum kita bahas ke Joan karena asumsi kita semua udah dikasih tahu wkkwk jujur aja, ini salah satu kejadian terlucu di perjalanan kita. Gue bakal menjadikan ini bagian dari memori terindah gue di KL. Kata Joan, koper ukuran kabin punya dia rusak (dan setelahnya dia kasih tahu kalau gemboknya doang yang rusak coba hahaha). Singkat cerita, Joan akhirnya mengeluarkan 500 ribu untuk membeli bagasi di tempat, dan kita bertiga yang nyesek.

Waktu itu, virus Corona belum masuk ke Indonesia dan belum se-booming sekarang ini. Kasus di Kuala Lumpur saat itu masih 8 orang dan sebenarnya kita agak was-was untuk pergi. Karena itu kita berempat kemana-mana pakai masker. Sesampainya di Kuala Lumpur, kita langsung dihadapi dengan imigrasi yang panjangnya naujubilah. Kita bahkan mengantri sampai 2-3 jam dan itu di luar semua rencana kita. Bisa dibilang itinerary kita di hari itu udah berantakan banget. Padahal perkiraan kita itu imigrasi bakal agak sepi karena banyak virus gini jadi orang banyak yang takut jalan-jalan. Ternyata, semakin banyak turis-turis China yang datang segerombolan sama keluarganya (meski kayaknya mereka juga bawa surat keterangan sehat sih). Bisa dibilang itinerary kita di hari itu berantakan total.

Rencana awalnya, kita berempat itu jam 14.30 jam sana udah sampai di apartemen yang kita sewa terus langsung mandi dan pergi ke KLCC dan Suria KLCC. Setelah itu kita ke Bukit Bintang baru malamnya pergi ke jalan Alor. Tapi, jam 3.30 sore kita baru keluar imigrasi terus langsung nyari makan di foodcourt bandara. Kalau kalian sampai ke KLIA2 pastiin buat naik ke lantai 3M terus cari foodcourt dan begitu masuk kalian bisa keliatan yang jualan nasi kandar gitu. Jadi dia tipenya kayak nasi padang ala warteg. Di sini ada telur cumi dan telur ikan yang jarang ditemukan, dan percayalah ini enaknya kebangetan. Gak kuat enak banget ih pengen bungkus! Tapi, kalau menurut teman-teman gue yang makan nasi pakai ayam gorengnya bilang kalau nasi kandarnya cuma lumayan enak. Kembali lagi ke selera kalian ya.

Setelah makan, kita berempat harus cari kartu SIM. Tadinya, Nova udah nawarin kita buat beli online. Tapi gue malah bilang harganya bisa lebih murah di sana. Ternyata gue salah, kartu SIM di KL mahal juga loh hehehe jadi lebih baik kalian beli lewat online dulu. Provider yang biasa banyak dipakai itu Digi, Celcom dan Tune Talk. Nah, kebetulan kita beli yang Tune Talk yang harganya 100 RM (dapat 30 gb) dan sayang sekali lebih baik kalian beli lewat Klook dulu karena bedanya sekitar 20-30 ribuan.

Jadi dari bandara buat ke kota, kita perlu naik bus. Kalian harus turun ke lantai 1 (lihat di petunjuk bandara aja) dan beli tiket. Kalian sisa bilang ke mbak kounternya kalau tujuan kalian itu KL Sentral, setelah itu ngantri di platform yang dikasih tahu mbaknya buat nunggu busnya datang. Perjalanan ini membutuhkan sekiranya 45-60 menit jadi kalian bisa bobo cantik sekejap dulu. Nah sesampainya di KL Sentral, kalian bakal sampai di basement dan harus naik lift/eskalator ke atas. Di KL Sental, bisa dibilang ini pusat semua MRT, LRT, KTM dan lainnya. Yang perlu kalian lakukan hanya cari tahu tujuan kalian itu dekat ke jalur yang warnanya apa, terus beli tiketnya dan ciao, simple banget.

Setelah membeli tiket di loket, kalian bakal dikasih koin buat ditap waktu mau masuk ke jalur kereta dan koin itu gak boleh sampai hilang karena sesampainya di tujuan, kalian harus mengembalikan koin itu dengan cara dimasukkan ke mesinnya. Kalau kalian menghilangkan koin itu? Kalian gak bisa keluar atau bahkan harus beli tiket lagi.


REGALIA SUITES

Karena Regalia Suites ini jadi tempat kami menginap selama trip ini dan merupakan kali pertama gue menginap di apartemen ketika jalan-jalan maka gue ingin membahas apartemen ini lebih menyeluruh

  • Informasi

Informasi lebih lanjut: https://www.upperview-regalia.com/

Cara Pergi: naik KTM dari KL Sentral ke Putra (2 RM)

Informasi Pemesanan: https://www.airbnb.com/rooms/33547151?source_impression_id=p3_1588252693_4Zv%2BJ1qIpmrAPGhH&guests=1&adults=1

Check In:

Lokasi check in ada di lobby dan agak susah dicari karena dia cuma satu meja di sudut gitu dan buat orang yang baru pertama kali ke sana menurut gue bakal kurang sadar dengan lokasi itu. Tapi buat kalian yang cari counter check in, patokannya itu mesin cuci koin. Kalau kalian udah liat mesin cuci itu, berarti kalian udah menemukan counter check in-nya soalnya berada tepat di depannya.

  • Fasilitas

Bisa dibilang, Regalia seperti apartemen pada umumnya, bahkan lebih baik lagi. Mulai dari keamanannya, gue merasa kalau keamanan di sini cukup aman. Begitu mau masuk tower kita harus tap security card dulu dan di lift pun juga pakai kartu dan di setiap tower apartemen, ada satpam yang berjaga. Nah, untuk kalian yang sudah check in biasanya akan disuruh nulis data diri seperti nama dan nomer paspor kalian. Selanjutnya di bagian lobby, di sini ada dua mini market, 3M dan Ola Market. Nah, menurut gue daripada kalian ke supermarket, kalian tinggal ke mini market di sini saja karena harganya beda tipis (dan lucunya, ada beberapa yang susah gue cari kemana-mana akhirnya ditemukan di sini).

Buat kalian yang pengin menghemat biaya air minum, di lobby ini ada mesin refill air putih berbayar. Jadi kita hanya perlu masukin koin dan menyediakan tempat minumnya (lebih baik bawa botol ukuran besar). Dan terakhir sekaligus highlight yang paling gue suka dari Regalia adalah kolam renangnya. Bayangkan, tiap tower ada masing-masing kolam dengan konsep berbeda. Meski nggak besar, menurut gue ini sangat memuaskan. Tapi kolam renang yang membuat kita pengin nginep di sini adalah infinity pool yang ada di lantai 38. Kalian bisa berenang dengan latar gedung tinggi Kuala Lumpur dimana salah satunya ada Twin Tower dan KL Tower. Mantep banget!

  • Ruangan

Secara keseluruhan gue cukup suka konsepnya. Meski tipe studio, pemiliknya cukup pintar untuk mengatur ruangan. Ada dapur, meja makan, rak sepatu, lemari pakaian, beserta kasur dengan ruang santai mini. Di bagian dapur, peralatan masak cukup memadai (meski tidak selengkap yang gue bayangkan) dan terdapat microwave yang bisa kalian gunakan untuk memanaskan makanan.

Nah untuk tempat tidur, sebenarnya ini gimana kalian atur aja. Pemilik menyediakan satu tempat tidur ukuran double, satu tempat tidur single dan sofa empuk yang bisa kalian gunakan juga. Pemiliknya juga menyediakan pengganti seprai dan beberapa helai selimut tipis yang bisa kalian gunakan. Di bagian kamar mandi juga cukup bersih, bahkan terdapat mesin cuci jika kalian lama berada di sini dan mereka menyediakan sabun gratis (hahaha). Kalau dari nilai 10, gue akan memberikan nilai 8.75 untuk ruangan ini.

Oh ya, ada bagian yang gue lupakan yaitu kalau sewa apartemen di pemilik ini ada kena charge room cleaning sebesar 60 RM untuk 4 hari penginapan kita dan ternyata, room cleaning ini cuma dilakukan waktu kita selesai menginap. Awalnya kita kira bakal tiap hari dibersihin sih, jadi agak sedikit mengganggu soal sampah-sampah yang menumpuk untungnya, di seberang kamar kita itu bak sampah dekat tangga darurat.

  • Akses

Mama gue biasa paling suka mencari tempat yang aksesnya enak kemana-mana dan akhirnya, gue benar-benar setuju dengan perkataan mama gue. Sebenarnya, kita ini karena berempat kemana-mana pakai grab. Efisien gak perlu jalan buat ke MRT tapi juga harganya sama aja dan kita hanya perlu turun ke lobby dan duduk manis sepanjang perjalanan. Tapi, kalau kalian mau menggunakan kendaraan umum, menurut gue di Regalia enak banget. Kalian hanya perlu jalan paling 5 menit buat ke KTM Putra (200 meter dari apartemen) dan itu bisa ke KL Sentral, jadi kalian bisa tukar kereta di sana. Selain itu juga, kalau kalian mau ke Batu Cave juga lebih dekat dengan estimasi perjalanan 20-30 menit (kalau dari KL sentral bisa 45-50 menit). Nah, kalau kalian mau naik yang lain bisa juga LRT PWTC (500 meter) atau Monorail Chow Kit (1 km), berhubung gue gak memakai kedua jalur kereta ini, jadi gue gak bisa membahas lebih lanjut. Oh ya satu lagi, dekat sini pun ada sebuah mall bernama Sunway Putra yang cukup lengkap. Awalnya gue pikir mall ini mall jadul yang kayaknya gak ada apa-apa. Eh, ternyata asumsi gue salah besar! Ada bioskop, supermarket, daiso bahkan banyak sekali gerai makanan buat kalian cicipi.


Nah, kembali lagi kepada cerita kita, karena udah kesorean dan perjalanan kita hari ini udah nggak sesuai itinerary, makanya kita langsung ke Pavillon buat mengunjungi salah satu café yang sebelumnya kita temukan di Instagram. Jadi, gue Bella dan Nova berencana untuk memberikan surprise ala ala untuk teman kita yang bulan Desember lalu berulang tahun, Joan. Meski surprisenya berakhir tidak jelas dan aneh banget, tapi ada satu memori dimana kita merayakan ulangtahun teman kita ini secara fancy di luar negeri. EHEM, buat Joan Bella dan Nova, kalian jangan lupa suatu hari nanti rayain ultah gue ala fancy gini ya hahahha.

Jadi, sebenarnya kalau kalian jalan-jalan ke daerah Bukit Bintang, kalian akan menemukan banyak sekali mall yang berdekatan, bahkan beberapa mall memberikan jalan tembus. Vibesnya mirip sekali dengan Kelapa Gading Mall yang ada di Jakarta, hanya saja… jelas mall di Kuala Lumpur lebih besar dan bahkan, per mallnya itu ada sudut south north atau apapun itu. Jadi bisa dibilang, menjelajah di Bukit Bintang membuat kalian pulang-pulang memasang koyo. Dan daripada kalian bingung, kalian harus cari informasi terlebih dahulu di website mall dimana letak tujuan kalian. Nah, untuk café ini letaknya di dalam mall Pavillion KL lantai 6 (Centre Court) dan untuk sampai ke Pavillion, kita berempat menggunakan Grab seharga 12 RM dari Regalia Suites. Kalau misalkan kalian cuma berdua, gue sarankan banyak naik kereta, kalau kalian berempat kayak kita? Mendingan naik Grab kemana-mana. Contohnya ini aja, 12 RM dibagi 4 jadinya seorang cuma 3 RM (sekitar 10.500 per orang), harganya kurang lebih kalau naik kereta tapi keuntungannya kita diantar sampai di depan pintunya hahaha.


MIRU CAFE

Konsep minimalis serba putih ini cocok buat kalian yang pengin nongkrong cantik dan menikmati sepotong kue untuk memperbaiki mood. Kali ini kita mencicipi salah satu varian kue yaitu: Brown Sugar Fresh Milk Mille Crepe, rasanya? Enak! Manisnya pas untuk sejenis kue boba ini. Bobanya juga kenyal dan lembut, tapi kekurangannya adalah… kue ini tergolong mahal menurut gue. Satu slice kue dihargai 19 RM (kalau dalam rupiah 66.500). Gue gak tahu buat kalian yang pencinta kue merasa ini mahal atau tidak. Tapi karena kita masih anak kuliah yang tidak berpenghasilan jadi menurut kita ini mahal hahaha (ketawan bokeknya). Kita berempat sampai makannya seujung sendok semua saking gak pengin kuenya cepat habis hahaha. Untuk sekali coba? Mungkin kalian bisa coba kalau bawa budget lebih. Tapi sebenarnya, kalau dipikir-pikir harganya kurang worth it (meski emang rasanya enak)


Setelah kita mengunjungi Miru Café, kita akhirnya muter ke Daiso yang selalu ramai. Gue masih gak paham kenapa di Indonesia Daiso itu gak laku ya? Di luar negeri entah kenapa Diaso itu selalu ramai dan menurut gue tuh barangnya bagus-bagus. Gue sedih Daiso gak laku di sini. Nah, untuk Daiso sendiri gue kira yang gede itu di Pavillion aja. Eh ternyata, di Sunway Putra ada Daiso yang lebih sepi dan lebih lengkap HUHU. Bertempat di lantai 3, lantai tempat Daiso ini berada memberikan vibes ala jejepangan. Banyak resto atau aneka cemilan Jepang yang dijual di sini. Tapi, gue nggak akan mereview camilan itu, yang gue akan review adalah Eureka! Popcorn hits yang jadi saingan Garret (Singapura).


EUREKA POPCORN

Saran gue setelah membeli Eureka di Pavillion adalah JANGAN BELI EUREKA DI SINI. Pertama, pelayanannya buruk banget karena mereka bakal maksa kalian beli ukuran besar meski kalian maunya yang ukuran sedang. Kedua, mereka pelit banget ngasih gratisan padahal kita beli banyak banget (padahal mereka ada standar khusus pas kasih gratisan). Jadi awalnya kita berempat mikir mau beli pas di Genting, karena kata mama gue di Genting ngasih gratisannya banyak. Tapi, begitu ketemu di Pavillion kita mikir udah sekalian aja beli biar nanti di Genting nggak bawa banyak barang. Eh, tahunya… kita berempat malah beli satu tas gede.

Di semua cabang harga Eureka sama yang bikin beda cuma jumlah gratisan yang kalian dapatkan. Saran gue, kalian boleh beli Eureka waktu ke Central Market. Orang yang jaga toko di sana baik dan ramah banget. Padahal kita juga belinya nggak banyak tapi dikasih gratisannya banyak (bahkan gratisannya terasa lebih worth it ketimbang yang kita terima pas beli di Pavillion)

Hal yang paling lucu ketika kita berempat di Eureka adalah kita kebingungan mau beli rasa apa karena saking banyaknya varian rasa yang mereka punya. Mulai dari asin hingga manis, kalian bisa mendapatkan apapun yang kalian inginkan. Bahkan, saking banyaknya kita mencoba tester, kita sampai gak tahu apa yang enak. Kalau varian rasa yang menurut kita enak:

  • Joan: Butterscotch, Green Tea Choc (matcha), butter caramel popcorn
  • Nova: Butterscotch, Seasalt, Corn
  • Bella: Butterscotch, Sour n Cream
  • Fiony: Butterscotch, Cocoa Malt, Green Tea Choc (matcha), Seaweed

YEP, kita berempat emang sepakat banget butterscotch enak parah. Kita sampai beli 1 bungkus patungan buat makan berempat selama di KL (meski ujung-ujungnya kita jadi ngeberatin tas karena dibawa doang dan ujungnya dimakan di rumah juga hahaha).


Setelah kita beli Eureka, rencananya itu kita mau ke Jalan Alor buat makan malam sekaligus beli sarapan buat besok. Oh ya, for your information, ternyata bukan di Indonesia doang yang susah nyari masker. Di luar negeri pun sama susahnya. Joan udah masuk ke dalam semua Guardian/Watson dan bahkan semua minimarket yang kita temui buat beli masker tapi masih aja gak ketemu, bahkan di depan toko orang-orang udah sampai pasang tulisan semacam “MASKER KOSONG”. Nah, begitu kita keluar dari mall, di sepanjang jalan itu masih ramai. Mungkin karena waktu itu corona masih belum seramai sekarang. Masih belum ada social distancing, belum ada juga PSBB dimana-mana. Hanya saja 70% orang di jalanan sudah memakai masker. Di sepanjang jalan Bukit Bintang banyak banget orang yang jual masker (yang semacam Sensi) per satuan, tapi kata Joan mereka mencurigakan dan maskernya keliatan kayak bekas, jadi dia nggak beli.

Nah, tapi poinnya bukan itu hohoho. Kebetulan, kita berempat melihat dua orang Chinese (perempuan) yang jalan sambil minum Yomie’s terus gue bilang ke mereka mau gak nyari sekarang, biar besok gak nyari Yomie’s lagi. Nah, sebenarnya Yomie’s ini udah masuk itinerary kita, dan saking penginnya kita nyobain Yomie’s kita sampai berulang kali ngatur itinerary hahaha. Akhirnya, kita nanya dimana lokasi Yomie’s ke orang itu. Gue dengan sok jago ngomong bahasa Mandarin nanya ke mereka. Gue nggak ngerti, kenapa waktu itu gue masih kepikiran ngomong bahasa Mandarin sama mereka, sekarang aja gue lupa sebenarnya gue tuh ngomong apa pas nanya itu hahaa (dan pas pulang cerita ke mama, kata mama gue agak kurang sopan nanyanya haha, maaf ya mbak yang waktu itu). Untungnya, kedua orang perempuan itu berbaik hati mengantar kita sampai ke depan Yomie’snya. Di sepanjang perjalanan, kita berempat jadi membahas bahasa Mandarin.

Jadi kawan, kalau mata kita sipit belum tentu kita bisa berbahasa Mandarin. Bisa dibilang kita berempat gak bisa bahasa Mandarin, hanya saja gue dan Nova punya basic Mandarin karena pernah belajar sebentar. Terkadang, kita semua ingin menguasai sesuatu hal dan merasa menyesal tidak melakukannya sejak dahulu. Andai… waktu bisa terulang kembali.


Yomie’s KL

Yuhuuuu, akhirnya salah satu itinerary kita tercapai! Kita berempat udah excited banget begitu melihat toko Yomie’s dari kejauhan. Nah, kalau kalian lagi di daerah Bukit Bintang kalian bisa masukin di google maps “Machi Machi” karena letaknya tepat di depan café Machi ini. Nah, di sebelah kirinya ada Tealive. Tapi, kalau kalian gak ketemu Machi-Machi di Google Maps, kalian bisa datang ke mall Lot 10 karena lokasi Yomie’s berada di dekat sini.

Untuk minumannya sendiri, gue bilang enak. Kali ini kita berempat memesan 3 menu yang berbeda dimana gue memesan Jujube Oats Yoghurt, Joan memesan Straw to My Berry, sedangkan Bella dan Nova memesan menu andalan mereka yaitu Yomie’s Purple Rice Yoghurt. Minumannya? Enak banget! Apalagi kita ditraktir Joan karena ulang tahunnya. HAHAHAH (kita malak sebenarnya sih).

Dari tokonya sendiri sebenarnya Yomie’s gak terlalu besar, bahkan hanya ada beberapa bangku (sekitar 5 kalau gak salah) dan mayoritas orang memesan untuk dibawa pergi. Kalau mendeskripsikan minumannya… menurut gue orang Taiwan itu sangat kreatif menciptakan trend makanan, mulai dari Shinlin, Boba sampai sekarang Yoghurt yang dicampur ketan hitam? Awalnya, gue penasaran apakah rasanya enak atau justru aneh karena kombinasi yang tidak biasa tersebut. Ternyata, minumannya beneran enak. Ini bukan sejenis minuman ringan seperti cola atau boba loh. Bahkan, untuk satu gelas aja kalian bisa kekenyangan.

Dari ketiga jenis minuman, gue lebih suka minuman gue sendiri hahaha karena menurut gue enak banget. Biasanya jujube ini gue makan di ayam tim obat (dengan citarasa asin pahit) dan sekarang? Gue malah menikmati banget rasa jujube yang dicampur dengan oats dan yoghurt. Oke, kedua kita bahas Purple Rice Yoghurt andalan dari Yomie’s ini.  Rasanya juga sama enak, hanya saja gue kurang familiar dengan tekstur ketan hitamnya. Biasa gue memakan ketan hitam dalam kondisi panas, lembek dan menggunakan santan dan di sini kita disuguhkan dengan cara yang berbeda. Tapi, kembali lagi ke selera kalian masing-masing, menurut gue minuman ini juga enak kok bahkan rasanya pas buat orang yang gak suka minuman manis hanya saja tidak mewujudkan ekspektasi gue. Dan terakhir Straw to My Berry yang memberikan rasa asam alami dari buah strawberry dan menurut gue rasanya paling mudah ditebak untuk kalian yang belum pernah minum Yomie’s sebelumnya. Overall, gue merekomendasikan kalian untuk mencoba Yomie’s meski harganya a little bit pricey, sekitar 14-17 RM (atau sekitar 49-60 ribu dalam rupiah).


Jalan Alor

Buat kalian pencinta kuliner, kalian wajib banget datang ke jalan ini karena sepanjang perjalanan kalian akan melihat berbagai variasi makanan. Mulai dari makanan berat sampai snack sekalipun. Kalau dulu gue datang ke sini, jalanannya lebih sempit karena yang jualan kurang tertata. Tapi begitu datang kemarin, jalan Alor lebih rapi, bersih dan menyediakan lebih banyak tempat duduk. Di jalan Alor ini lebih banyak makanan ketika malam hari kalau di siang hari, kalian Cuma akan menemukan beberapa resto atau kedai makanan yang buka. Kali ini gue akan membagikan jajanan yang paling enak ala gue:

  • Dimsum

Buat kalian yang suka dimsum, menurut gue dimsum di sini selain murah rasanya enak. Kalian bisa membeli secara satuan maupun per porsi dan satu buah dimsum sendiri ukurannya lumayan besar. Nah kalau per porsi kalian bakal dapat 8 buah siomay. Kalau di Bandung, jujur aja gue jarang menemukan dimsum enak selain yang ada di restoran makanan Chinesse. Kadang ada yang dagingnya amis, ada juga yang cuma rasa tepung. Tapi bisa dibilang, dimsum di sini sangat enak karena dagingnya banyak, ukurannya besar dan bahkan kalian bisa pilih sesuai selera mau yang pedas atau tidak. Nah, buat kalian yang seperti kita boleh banget nih bungkus bawa pulang dan dipanasin besok pagi buat sarapan, masih sama enaknya loh.

P.S: kalau kalian berempat kayak kita, lebih baik jangan beli 1 porsi per orang karena ternyata dimsum ini bikin kenyang. Kita bahkan masukin freezer dan berakhir membuang beberapa siomay dengan percuma. Saran gue, cukup 2-3 porsi untuk 4 orang. Sebenarnya kita kepikiran buat makan setengah (4 biji) pas malam, terus sisanya buat sarapan. Karena kekenyangan, akhirnya semua buat sarapan.

  • LutLut aka LokLok

Ini adalah makanan favorit gue di Malaysia. Jadi sebenarnya modelnya itu mirip sate tapi konsepnya lebih simple. Jadi biasanya kalian bakal melihat banyak jenis sate dengan ujung warna yang berbeda. Nah masing-masing warna itu menandakan harganya. Harganya sendiri mulai dari 3 RM sampai 15 RM (mulai dari 10.500 sampai 52.500) Variasi sate ini mulai dari sayur-sayuran, baso-baso yang biasa digunakan dalam suki, sampai berbagai jenis daging. Jadi kalian tinggal pilih sate yang menurut kalian menarik, terus kasih ke orangnya. Biasanya kalian ditanya apa satenya itu mau dibakar atau direbus biasanya. Nah kalau direbus kalian bisa dapat kuahnya. Kalau gue biasa memilih dibakar aja karena menurut gue agak menyeramkan ya direbus soalnya orang sering makan di tempat sambil asal nyelup setelah setengah makan. Gue udah parno duluan membayangkan air liur banyak orang tercampur di dalam kuahnya itu. Pokoknya, LutLut ini enak banget! Kalau gue biasa makan yang sate brokoli sedangkan mama gue suka yang okra. Biasa kita juga beli yang scaloop (kerang), pernah juga mencoba yang terong (kalau gue pribadi gak suka karena teksturnya jadi lembek gitu).

P.S: Lutlut ini enak dimakan waktu panas, begitu dia dingin jadinya gak enak karena mentega yang diolesin jadi mengeras kalau kalian pilih yang sayur pun, sayurnya jadi layu dan rasanya gak enak.

  • Durian Goreng

Kalau di Malaysia, durian yang terkenal enak itu Musang King. Tapi, sampai saat ini gue juga belom mencoba durian mahal itu hahahah tapi intinya bukan itu, ternyata di KL ada durian goreng yang enak! Bahkan banyak sekali channel di youtube yang udah merekomendasikan durian goreng ini. Kedai ini sebenarnya nggak Cuma menjual durian goreng. Ada juga pisang goreng, nangka goreng, pokoknya semua gorengan ada dijual sama dia. Tapi, yang benar-benar terkenal itu durian gorengnya. Gue bisa bilang kalian gak akan kecewa kalau beli ini, biasanya dia dipaketin 3 buah durian goreng 10 RM (kira-kira 35.000 dapat 3 buah). Isi dalam durian goreng ini benar-benar daging duren dan mirip banget dengan makan durian biasa. Dibandingkan membeli durian utuh di jalan Alor, gue merekomendasikan durian goreng ini yang lebih ekonomis dan lebih pas buat kantong backpacker.


Jujur aja, waktu itu kita nggak makan banyak karena udah kenyang banget gara-gara segelas Yomie’s. Padahal biasa porsi makan kita bisa dibilang banyak. Di antara kita berempat, biasanya gue yang tangkinya paling lebar (alias makan banyak), kedua Joan (tapi dia lebih kuat nyemil chiki dibandingkan makanan berat), kalau Bella dan Nova seperti bunglon, mereka bisa menyesuaikan keadaan. Bedanya, kalau Bella lebih kuat nyemil snack, kalau Nova lebih kuat makan makanan berat. Sekadar informasi tambahan, di antara kita berempat Nova yang paling lama makannya, makanya dulu kita suka panggil dia inces (a ka princess) ahhahah, peace Nov. Meski kita belum terlalu banyak jalan (baru banyak jalan di daerah Bukit Bintang) dan itinerary kita juga baru dikit yang terchecklist, baterai kita udah low karena perjalanan hari ini dan barang belanjaan Eureka yang beratnya minta ampun. Akhirnya, kita mengungsi di bangku dimsum. Jadi, biar kita bisa duduk di sana tanpa diusir itu kita muterin jalan Alor bergantian. Pertama, gue sama Bella duluan baru Joan dan Nova. Yang gue ingat soal jalan Alor bukan lagi makanannya, tapi cerita apa yang kita bahas waktu itu. Gue lebih banyak mengobrol sama Bella karena pas Nova dan Joan muter jalan Alor mereka beli nasi hainan gitu buat besok pagi. Obrolan kita udah mulai dari perkuliahan, kehidupan cinta (ehem, Bella), sampai gimana rasa khawatir kita soal masa depan. Gue selalu suka ngobrol sama mereka waktu momen seperti ini. Meski kita berempat terhitung jarang ngobrol di grup WA atau Line tapi begitu kita ketemu dan ngobrol gue merasa kalau kita sering kali berakhir dengan deep talk.

Mungkin segini dulu cerita gue soal perjalanan KL gue part 1, dimana itinerary gue berantakan hahaha dan tanpa diduga tergantikan dengan segelas Yomie’s gratisan. Karena setelah dari jalan Alor, kita berempat udah pulang ke apartemen. Kita naik grab buat ke apartemen dari jalan Alor dengan harga 11 RM atau per orang 2.75 RM. Kawanku, nanti habis corona kita kerja dulu kumpulin duit biar bisa jalan berempat lagi ya hahaha. Buat kalian yang membaca cerita ini, ikutin aja perjalanan kita yang tediri dari 4 part ya hohoho. See you!

ITINERARY DAY 1 (RENCANA AWAL)

See You Again, Jeju – Day 4 (21 Jan ’20)

Lotte Jjimjilbang (LOTTE SAUNA)


  • Alamat: 52 Singwang-ro, Jeju-si, Jeju-do
  • Jam Operasional: 24 jam
  • Estimasi Biaya: 10.000 won per orang
  • Transportasi: taxi (karena perginya subuh)

Pernahkah kalian mengalami kejadian konyol ketika jalan-jalan? Kalau gue sih sering banget dan kali ini, gue akan menceritakan sebuah pengalaman konyol yang akan gue ingat seumur hidup. Jadi mama gue bilang kalau kita bakal ke Jjimjilbang jam 5 subuh (jam Jeju) alias jam 3 di Indo (karena perbedaan waktu). Kenapa kita memilih subuh-subuh ke jjimjilbang? Hem… sebenarnya karena kita flashpacker dan cuma 4 hari di sini. Kalau misalnya di siang hari kita udah punya itinerary yang padat dan banyak lokasi yang tutupnya cepat sedangkan jjimjilbang itu biasanya buka 24 jam. Jadi, selama kita bisa explore, kenapa nggak?

Subuh pun tiba, setelah bersiap kami pun turun ke resepsionis untuk meminta dipesankan taxi. Dan ternyata waktu menunggu taxi datang, mama gue baru menyadari kalau sekarang itu bukan jam 5 subuh Korea tapi jam 3 subuh Korea alias jam 1 subuh di Indo dong! Haha. Pantes saja resepsionis hotel memasang raut bingung saat kita berdua bilang mau ke jjimjilbang.

Sebenarnya, di dalam itinerary mama gue itu kita mau ke Burim Land Jjimjilbang sayangnya menurut supir taxi tempat itu nggak buka 24 jam. Akhirnya dia mengantarkan kita ke Lotte Jjimjilbang (setelah muter-muter dulu, sepertinya supir taxinya juga bingung mana jjimjilbang yang masih buka). Reaksi pertama kita berdua begitu turun dari taxi adalah kebingungan. Bayangin aja jalanan tuh masih sepi dan gelap. Nggak ada apa-apa. Dan jjimjilbang ini bukan tempat yang langsung pintu masuk gitu. Jadi kita mesti masuk dan naik lift ke lantai 4 dan begitu keluar gue hanya menemukan lorong yang agak panjang. Langsung otomatis kebayang film horror. Tapi, kalau kalian ke sini, jangan takut udah jalan aja terus sampai ujung karena resepsionisnya di sana.

Begitu di resepsionis, kita harus membayar sejumlah uang dan jjimjilbang ini tuh mirip wahana bermain sepuasnya. Begitu masuk kalian boleh berapa lama pun di sana asal gak keluar. Nah, sama seperti di film kita itu dikasih baju buat ganti di dalam dan kunci loker barang. Kalau perempuan dapat yang warna pink, kalau laki-laki dapat yang warna biru. Begitu masuk pintu, gue pikir kita udah sampai ke ruangan yang ada di film-film gitu. Eh ternyata nggak. Kita malah masuk ke dalam ruangan penuh rak sepatu, jadi kita lepasin dulu sepatu dan masuk lagi ke ruangan lain. Nah begitu masuk di ruangan lain (yang khusus perempuan) mata gue langsung melihat pemandangan yang sering ditemui kalau nonton series barat. Banyak banget cewek yang telanjang bener-bener gak pakai apapun dan mereka jalan dengan santainya. Gue udah sampai setengah merem karena merasa tidak enak melihat kondisi mereka yang telanjang bulat.

Kalau menurut orang, sebenarnya kita wajib mandi dulu begitu masuk jjimjilbang. Cuma berhubung ini subuh jadi gue nggak mungkin mandi, ditambah lagi sepertinya begitu keluar mandi kita bakal telanjang bulat. Hem, jadi kita skip aja bagian itu dan langsung ganti baju. Nah di sini ada loker barang dengan nomer yang tertera di kunci tadi kita terima. Kalau menurut orang, sebenarnya kalian nggak boleh bawa handphone sekalipun tapi berhubung gue bebal dan demi dokumentasi jadinya gue bawa.

Nah di ruangan ini juga ada semacam kantin yang menjual dari sikhye sampai sikat gigi dan baju sekalipun. Kalian bisa memesan apapun di sini. Berhubung biasanya di drama Korea orang-orang minum Sikhye dan makan telor rebus jadinya gue juga ikutan memesan hal yang sama. Percayalah sama gue, Sikhye itu enaknya kebangetan dan nggak manis sama sekali. Sekali seruput malah bikin ketagihan karena rasa manisnya pas dan menyegarkan. Selain itu, ada juga pintu lagi yang diluarnya ada kamar mandi dan kolam renang semacam jacuzzi. Wadu mantap sekali ya fasilitasnya. Jadi pengin nyebur ke dalam (tapi di sana juga nyebur dalam keadaan telanjang).

Nah di ujung ruangan ada petunjuk buat naik ke atas. Nah begitu sampai di atas, kondisinya benar-benar sepi hanya terdengar suara orang mengorok. Banyak banget cowok dan cewek yang tidur dengan bebas di area tengah sedangkan di sekelilingnya terdapat sauna dengan berbagai suhu. Jadi kalian bisa nyobain satu-satu gitu ruangan saunanya. Nah di dalam ruangan sauna itu dindingnya terbuat dari batu dan kalian bakal menginjak kerikil-kerikil yang cukup panas menurut gue. Banyak juga orang yang di sini tidur hanya beralaskan bantalan kayu (iya, gak ada yang bawa bantal beneran ke sini loh). Bahkan gue juga melihat ada sepasang kekasih tidur pelukan di area sauna. Hem, sepertinya ini solusi tepat yang pengin ngebucin 24 jam penuh hahhaa. Kalau di siang hari ada tukang pijit gitu juga dan menurut gue di jjimjilbang sini banyak fasilitas relaksasi yang bisa dicoba.

Pengalaman masuk ke jjimjilbang merupakan salah satu pengalaman yang nggak boleh kalian lewati! Selain kalian bisa datang ke sini subuh, kalian juga bisa nikmatin ala-ala scene drama Korea. Meskipun kalau kalian datang subuh, kalian bakal mengalami apa yang gue alami: Foto-foto dengan backsound orang mengorok, terus ada yang bangun ngeliatin bingung kenapa gue pakai anduk yang digulung-gulung subuh gini, suara kita ngomong gak boleh kenceng apalagi nyeruput minumannya jangan sampai bunyi kan kasian orang lagi tidur kitanya ngeganggu.

Starbucks Jeju


  • Alamat: Jeju-do, Jeju-si, Ildo 1(il)-dong, 1461-1
  • Jam Operasional: 08.30-20.30
  • Estimasi Biaya: 10.000 won per orang
  • Transportasi: kalau dari hotel kita cuma jalan kaki, cukup masuk lewat Jungang Underground dan keluar di exit 5

Adakah di antara kalian yang merupakan penggemar Starbucks? Kali ini, gue akan mengajak kalian ke Starbucks Jeju yang beda dari yang lain. Tumblernya beda? Hem, itu betul juga sih. Cuma bedanya di Starbucks Jeju ada menu khusus yang hanya dijual di Jeju (bahkan di belahan Korea manapun tidak akan ada yang menjual ini), yaitu: Black Sesame Latte.

Bisa dibilang, latte ini merupakan latte terenak yang pernah gue minum. Rasa manisnya begitu pas dan ada chunky-chunky kecil rasa black sesame. Gue tidak punya kata-kata yang pas untuk menjelaskan kelezatan dari latte ini. Dibandingkan rasa kopi, menurut gue rasa black sesame sangat dominan di minuman ini. Atau memang minuman ini bukan kopi? Rasanya lebih creamy dan light daripada yang gue bayangkan dan jauhhh lebih enak daripada yang gue harapkan.

Percaya sama gue, kalian wajib wajib banget mendatangi Starbucks Jeju ini loh. Gue sendiri datang sampai dua kali dan meskipun gue bukan penggemar Starbucks, gue bisa bilang i’m a fan now! Tapi khusus yang di Jeju aja ya hahaha. Selain minum Black Sesame Latte, mama gue juga memesan Jeju Mugwort Cream Frappucino dan Jeju Black Sesame Cream Frappucino di hari kedua kita.

Kalau musim dingin seperti ini, menurut gue Latte lebih tepat ketimbang Frappucino. Tapi anehnya meskipun musim dingin 90% orang malah memesan Frappucino on the go. Jadi mereka bawa keluar untuk di minum di jalan. Gue gak bisa ngebayangin gimana dinginnya Frappucino beradu dengan angin yang menerpa mereka, soalnya gue sendiri yang minum di tempat udah menggigil kedinginan.

Lain halnya dengan Black Sesame, Mugwort Frappucino membawa sensasi yang berbeda. Masih dengan rasa yang light gue sempat menebak apa itu Mugwort yang sebenarnya. Ternyata Mugwort merupakan tanaman obat bernama Habitus yang tumbuh daerah iklim sedang seperti di Eropa, Asia, Afrika Utara dan Alaska yang dimana sering tumbuh pada tanah yang mengandung banyak nitrogen seperti area berhama dan tidak terolah contohnya pinggir jalan. Eits, jangan salah meskipun dia tumbuh bebas dan tidak terawat, Mugwort itu rasanya nggak pahit sama sekali bahkan menurut gue dia memiliki wangi khusus seperti daun mint dan rasanya mirip dengan green tea. Kalau di Black Sesame Latte sebelumnya ada chunky di Mugwort gue malah menemukan jellyjelly kecil seperti yupi yang enak parah. Satisfying banget buat dikunyah (ih, gue nulis ini jadi meneteskan air liur gara-gara kangen Starbucks Jeju) dan tidak semanis Yupi.

Ya ampun, pemerintahan Jeju mau ga sih sponsorin gue balik ke sana? hahaha gara-gara #dirumahaja gue mulai ngehalu.

P.S: Pas gue datang kedua kali, ternyata Starbucks lagi launching Starbucks x BTS yang cuma ada di Korea. Gue kan sama sekali gak tahu, dan gue cuma foto-foto buat kirim ke temen gue yang penggemar berat BTS. Dia baru bales chat gue pas gue udah jalan ke bandara dan dia bilang kalau gue beli dan jastipin, pasti untungnya bisa berkali lipat. Sumpah sedih banget gue melewatkan kesempatan emas beli merchandise x BTS ini dan makan kue warna ungu khas BTS. Sedih banget, nyeseknya sampai hari ini setiap liat foto-foto di Starbucks Jeju. Hiks.

Saewoori (제주시 새우리)


  • Alamat: 1098-3 Samdoi-dong, Jeju-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Jam Operasional: 09.00-20.30
  • Estimasi Biaya: 6.500 won per sekotak gimbap
  • Transportasi: kalau dari hotel kita cuma jalan kaki mengikuti naver maps (masuk gang lewat samping Jeju Mokgwana)

Gue menulis tentang Saewoori ketika Itaewon Class lagi tayang. Yang pertama langsung konek ke otak gue adalah nama restoran ini begitu mirip dengan nama Park Sae Ro Yi. Hahaha, dasar bucin Park Seo Joon. Itinerary resto ini tadinya mau ditaruh di hari pertama. Jadi rencananya, kita dari bandara naik taksi dan turun di Saewoori terus baru jalan ke hotel. Tapi berhubung dengan koper kita yang cukup berat, akhirnya kita menaruh itinerary ini di hari terakhir. Hitung-hitung sambil keliling sekitar dan merasakan vibes gang ala drama Korea yang biasa kita lihat cuma dari layar ponsel.

Kalau dari hotel, jaraknya ke Saewoori cukup dekat kok. Gue cuma berjalan santai sekitar 10 menit dan mengikuti petunjuk dari Naver maps. Harap diingat, resto ini cuma menyediakan pelayanan take away. Kalau misalkan kalian install Naver Maps, kalian bisa melihat terlebih dahulu berbagai menu yang mereka jual beserta harga dan fotonya. Perjalanan menyusuri gang cukup menghibur loh. Kalian bisa melihat jalanan bersih dengan cat nama jalan, rumah-rumah seperti dalam drama Korea dan i love it so much! Gue jadi pengin pindah ke Korea (ngehalu part 2)

Letak dari Saewoori ini tepat di seberang Jeju Stay Hotel (lokasi ini lebih mudah ditemukan di Naver Maps). Meskipun toko gimbap yang terkenal ini cukup kecil, ternyata banyak banget orang yang datang loh. Bahkan di toko mereka banyak tanda tangan yang gue tebak sepertinya orang penting/artis. Nah, gue membeli dua jenis menu dimana porsi makannya kecil. Jadi, kalian gak bisa minta upsize atau porsi besar karena mereka cuma menjual satu ukuran.

Yang pertama gue beli menu populer mereka yaitu: 딱새우김밥 atau Shrimp Gimbap (6500 won). Gimbap ini menggunakan beras berwarna kuning (seperti nasi kuning ya), dengan potongan udang berbentuk kotak, perilla leaf, dan acar kubis (aka kol) ungu. Gimbap ini dipotong kotak-kotak dan dalam satu porsi terdapat 9 potongan gimbap. Suapan pertama setelah gue mencobanya… astaga, gue nggak suka. Rasa Perilla Leaf begitu kuat dan menguar dalam mulut gue. Buat kalian yang nggak suka daun-daun berbau wangi gue sarankan jangan beli ini karena kalian jadi nggak bisa makan. Gue cuma mencoba 1 potongan dan setelah itu gue menyerah. Gak kuat sama bau Perilla Leaf yang gak enak menurut gue tapi kalau kalian suka saja dengan daun sejenis ini. Kalau menurut mama gue, rasanya cukup enak dan unik.

Menu kedua yang gue beli yaitu: 딱새우꼬막무침 atau Oyster Side Dish (5000 won). Karena gue nggak mengerti hangeul jadi gue mencoba untuk melakukan google translate dan hasilnya aneh banget. Makanya sebagai jalan pintas gue menyimpulkan kalau ini merupakan side dish kerang (tiram) karena pas gue makan pun ini enak banget. Seriusan guys, ini enaknya kebangetan. Satu porsi tuh kayak gak cukup buat kalian sendiri. Jadi di dalam side dish ini ada kerang kecil dengan bumbu pasta merah seperti untuk kimchi dan sesuatu yang kriuk-kriuk (tebakan gue sepertinya ini lobak). Gak ada bau amis sedikit pun dan citarasanya benar-benar baru. Wajib banget dicoba!

Nah ada juga beberapa orang yang beli menu lain seperti nasi+udang tapi gue nggak beli karena menurut gue itu terlalu biasa dan agak gak worth it. TAPI, menurut orang-orang rasanya enak, jadi kalian boleh juga jadiin opsi pembelian kalau mau ke sini. Untuk shrimp gimbap gue kasih nilai 6 (faktor perilla jadi gue subjektif banget) dan Oyster Side Dish di angka 9 karena ini enak banget dan kalau ke sana lagi (AMINN) gue mau lagi beli ini. Satu bungkus buat gue sendiri hahahaha maruk. Kalau mama gue sendiri menilai untuk shrimp gimbapnya di angka 7 dan Oyster Side Dish di angka 8,5-9. Jadi, kalian bisa bayangkan betapa enaknya side dish ini.

Kim Man Bok (제주 김만복)


  • Alamat: Jeju-do, Jeju-si, 특별자치도, Ora-ro, 41 (main store), Bukseong-ro 65, Jeju-si, Jeju-do (cabangnya)
  • Jam Operasional: 08.30-19.30
  • Estimasi Biaya: 6.500 won per sekotak gimbap
  • Transportasi: kalian tinggal jalan kaki mengikuti naver maps dengan nama “Jeju Gimmanbok Dongmun Market Place Branch”

Nah, kalau sebelumnya kita punya Shrimp Gimbap sekarang kita bakal nyobain 만복이네김밥 atau Abalone Gimbap. Sebelumnya gue udah pernah bilang kalau Jeju sendiri terkenal dengan abalonenya. Jadi kalian wajib banget nyobain abalone begitu sampai di sini karena semuanya itu fresh dan benar-benar ditangkap langsung oleh ahjumma Haenyeo. Nah, menurut orang, dua gimbap paling enak itu dari Kim Man Bok ini dan Saewoori yang udah dibahas sebelumnya.

Sebenarnya di Jeju ini ada cabang pusatnya yang lebih besar di mana tempat tersebut menyediakan tempat duduk, dekat dengan bandara dan pantai untuk foto-foto aesthetic. Nah kalau gue, kebetulan menemukan cabang mini pas lagi menyusuri dari gang ke gang sambil menuju salah satu cafe yang menarik dari naver maps. Nah sama seperti Saewoori sebelumnya, Kim Man Bok yang gue temui juga memberikan konsep on the go. Dan kali ini kita memesan Abalone Gimbap (6500 won).

Kesan pertama yang gue dapatkan ketika melihat gimbap ini adalah “Tunggu, mana abalonenya?” Gue sampai sekarang masih tidak paham kenapa gimbap ini merupakan Abalone Gimbap. Isiya lebih mirip dengan telur Jepang (tamagoyaki) dan rasanya cenderung manis. Dibandingkan dengan gimbap dari Saewoori, anehnya gue lebih suka gimbap ini dan gue cukup menyukainya. Gimbap ini sangat sederhana, bahkan nggak ada sayur apapun selain nasi + abalone yang rasanya seperti telur dan biji wijen putih yang bertebaran. Dari angka 1 sampai 10, kuberikan nilai 8 untuk gimbap ini. Kalau mama gue bilang dia gak suka gimbap ini karena rasanya manis.

Nah, dari kedua gimbap di atas, kalian bisa menilai mana yang lebih enak dan menurut gue semua itu kembali lagi ke selera kalian masing-masing. Ketimbang dua gimbap terkenal di atas, gue dan mama gue sepakat kalau gimbap GS 25 lebih enak #gimanasihfio.


Penutup

Akhirnya salah satu mimpi gue tercapai untuk mendatangi Korea. Meski gue baru mengexplore Jeju gue udah jatuh cinta sama negara ini. Semuanya bersih, rapi dan orang-orang yang gue temui ramah. Kalau misalkan kalian sudah bisa berbahasa Korea dan lancar untuk membaca atau bahkan berkomunikasi, menurut gue pengalaman kalian akan semakin top di sini. Apalagi, banyak petunjuk dan menu makanan yang menggunakan hangeul (dan tidak ada translate-an bahasa inggrisnya) selain itu juga banyak orang Korea juga yang tidak sepenuhnya menguasai bahasa Inggris.

Ada beberapa hal yang gue suka banget dari Jeju yaitu:

A. Wi-fi

Yang kalian baca itu betul banget loh. Buat fakir kuota, kalian nggak perlu khawatir mikirin gimana bisa berkomunikasi, stalker IG mantan, main tiktok atau streaming drama Korea soalnya dimana-mana kalian bakal mendapatkan akses wifi gratis. Mulai dari hotel, jalan raya, tempat wisata, kendaraan umum (seperti bus dan taksi), terminal, tempat makan pokoknya semua ada wifi dan wifinya kencang. Bahkan, gue sendiri tidak membutuhkan sim card buat datang ke sini dan masih bisa instagram dan chatting meskipun ujungnya sih jarang main handphone karena terlalu menikmati liburan ini. Tapi kalau kalian solo traveller, lebih baik beli sim card buat jaga-jaga takutnya kalian tidak mendapatkan wifi dan tersesat di jalan.

B. Air Putih

Ini mungkin dianggap sepele oleh kalian atau mungkin kalian bakal menertawakan gue. Tapi, menurut gue air putih di Jeju merupakan air putih paling enak yang pernah gue minum karena rasanya begitu menyegarkan (seperti minum dari mata air pegunungan langsung, tsaaahhh). Mau dimanapun juga kalian bakal dengan mudah menemukan air minum. Ketika kalian makan di restaurant, kalian bakal dikasih satu botol minum ukuran 1 liter dengan gelasnya secara cuma-cuma dan uniknya lagi, meski dalam musim dingin mereka tetap memberikan air dingin. Di hotel gue pun ada dispenser air sehingga gue tinggal mengisinya setiap hari sebelum keluar explore kota. Saran gue, kalau kalian ke Jeju bawalah botol minum. Meski tidak banyak tap water seperti di Singapura, di Jeju banyak menyediakan air minum jadi budget kalian untuk beli air putih bisa dialokasikan untuk membeli jus tangerine atau minuman khas Korea lainnya untuk dicoba.

C. Korean Vibes

Kalau kalian yang udah biasa nonton Korea pasti tanpa sadar terhipnotis dengan “vibes” orang sana yang kelihatannya enak. Contohnya aja Lee Min Ho lagi makan ramyun dengan kimchi, tanpa sadar kita jadi ngiler dan pengin ikutan makan. Apalagi kalau kalian nonton drama Korea nyaris setiap hari. Kalian sedikit banyak belajar bahasa Korea tanpa sadar seperti: Annyeonghaseyo (halo), Mianhae (maaf), Nugu se yo? (siapa kamu?), Baegopa (lapar), saranghaeyo (aku cinta kamu), dan lainnya. Kemudian kalian mulai craving mencoba makanan Korea mulai dari Korean BBQ, kimchi, jajangmyeon, ramyun, toppoki, sundae, gimbap sampai susu pisang dan soju atau Makgeolli. Lama-lama kalian bakal ada di tahap dimana pengin datang ke Korea, belajar sejarah sambil memakai hanbok, melihat jalanan dan gang Korea dimana pagar rumahnya pendek dan kecil bahkan pengin ketemu ahjumma yang masih cantik di usia 50an atau ketemu oppa buat tahu apakah semua cowok di Korea itu emang ganteng.

Dan begitu kalian datang ke Korea, perasaan bahagia itu nggak bisa dideskripsikan. Oppa-oppanya beneran ganteng, ahjummanya juga berkulit mulus tanpa kerutan dan semua makanan terasa begitu enak di lidah kalian. Sampai rasanya nggak puas makan meski perut udah sampai membulat dan keras karena kekenyangan. Dan percayalah, begitu kalian sampai ke Korea, kalian bisa langsung berdoa semoga suatu hari nanti dapat rezeki buat balik lagi ke sini. Makanya, gue sampai bilang bisa gak sih sekalian gue pindah ke sana? HAHAHA halunya ih Fio, tahan oi tahan.


Itinerary + Budget

Kalau itinerary gue yakin kalian bisa lihat di link-link di bawah ini:

https://fiovoyage.travel.blog/2020/02/08/jeju-day-1/

https://fiovoyage.travel.blog/2020/02/08/jeju-day-2/

https://fiovoyage.travel.blog/2020/03/13/jeju-day-3/

Buat budget di sini gue udah memisahkan per kategori, kalian bisa lihat sendiri ya:

1. Tiket Pesawat

Tentunya, kalau kalian mau mendapatkan tiket pesawat yang murah, kalian udah memesan tiket dari jauh hari, atau mungkin hunting promo terlebih dahulu. Kalian bisa lihat juga beberapa maskapai low cost seperti Air Asia.

Contoh ini dipakai kalau kalian mau pergi tahun 2021 di bulan Januari tanggal 15 (Jumat)

Hem, kita bisa ambil contoh seandainya kalian pergi di malam hari (pukul 21:15) dan pulang di tanggal 19 jam sore.

Nah, total biaya tiket pesawat pulang pergi itu: Rp 5.440.712.

2. Hotel

Tentunya, karena gue udah memakai hotel Staz, di sini gue mengambil contoh biaya hotel per malam di Staz. Kalau misalkan kalian mau cari yang lain seperti penginapan yang lebih murah atau kalian mau tidur di jjimjilbang, kalian bisa perhitungkan ulang ya. Alasan (mama) gue memilih Staz karena dia di tengah kota, jadi kita lebih mudah explore yang resto-resto dan pasar itu dengan jalan kaki ditambah lagi reviewnya bagus. Bahkan letaknya seberang Jeju Mokgwana (jadi mudah buat ngasih tahu ke sopir juga)

Karena satu malamnya sekitar Rp 681.000, jadi untuk 4 malam itu sekitar Rp 2.724.000

3. Biaya Transportasi dan Tiket Masuk

Di bawah ini gue mencantumkan biaya transportasi menggunakan supir sewa, taxi dan gue juga sempat mencoba naik bus. Kemudian, ada beberapa tempat wisata yang memberikan diskon setengah harga buat kalian yang di bawah 24 tahun (dicek paspor) karena itu menurut gue sangat lumayan menguntungkan.

Perhitungan dalam mata uang won

Total dari biaya transportasi dan tiket adalah 466.750 won (dan 1 won = Rp 12.5 waktu itu) jadi dalam rupiah itu Rp 5.834.375 (ini buat gue sama mama gue, jadi dibagi 2 ya anggapannya) jadi Rp 2.917.188 per orang. Kenapa lebih mahal? karena gue menggunakan mobil tur pribadi yang bisa sampai 4 orang dan beberapa kali menggunakan taxi (karena masih gak tahu jalan) padahal kalau kalian naik bus kemana-mana cuma 1.200 won. Huhuhu sedih. Kalau misalkan kalian lebih banyak orang untuk mobil tur pribadi, jatuhnya akan lebih murah kok atau kalian kemana-mana naik bus. Tapi kembali lagi, gue cuma ke Jeju 4 hari dan itinerary gue itu banyak banget. Kalau menunggu bus yang datangnya bisa 20-30 menit sekali, kayaknya sangat nggak pas dengan trip gue.

4. Biaya Makan

Percayalah, kalian bakal kalap jajan di sana

Bisa dilihat sama kalian, kalau biaya gue jajan jauh lebih besar daripada makan berat. Tapi, percayalah di Korea itu banyak banget street food yang terlihat enak dan kalian pengin coba. Karena penjabaran biaya makan gue agak berantakan dan gue juga makannya banyak jadi gue mengambil anggapan aja untuk perhitungan biaya makan. Anggapannya 2x makan berat dan 1x jajan per hari. Untuk 1x makan berat butuh sekitar 30.000 per orang, sedangkan jajan bisa 6.000-10.000 won.

Nah kalau hitungan ini gue ambil perhitungan dari estimasi aja kali ya. Per hari kalian butuh sekitar 70.000 won untuk 2x makan dan 1x snack. Kalau 4 hari kalian butuh 280.000 won aka Rp 3.500.000


Gue nggak akan mencantumkan biaya oleh-oleh gue di sini karena setiap orang pasti berbeda. Kalau misalkan kalian on budget, dan makannya lebih di GS 25 atau C U, dan kalian naik bus kemana-mana, dijamin bakal lebih hemat. Jadi, estimasi kebutuhan budget untuk pergi ke Jeju versi gue:

  • Pesawat: Rp 5.440.712
  • Hotel: Rp 2.724.000
  • Makan: Rp 3.500.000
  • Transport + Tiket: Rp 2.917.188

Totalnya adalah Rp 14.581.900 aka Rp 15.000.000. Perhitungan ini masih kasar dan gak bisa dibilang jadi acuan juga karena kalian perlu perhitungan sendiri belum lagi ada biaya lainnya yang tidak terduga. Nah kalian bisa membandingkan restoran apa yang kalian incar buat makan, hotel untuk kalian tempati, tempat wisata apa yang mau kamu kunjungi dan street food apa yang mau kamu makan. Meski kalian tahan-tahan pun, biasanya kita bisa kehilangan kontrol begitu sampai di tempat. Jadi, menurut gue budget setiap orang itu berbeda.


Akhir kata, gue senang banget udah menuliskan perjalanan pertama gue di Jeju, akhirnya 4 part ini selesai juga setelah sudah lama sekali gue bermimpi bisa menuliskan cerita perjalanan gue. Gue juga sedih banget mengucapkan sampai jumpa dulu sama Jeju karena harus move on dengan realita dan perjalanan baru lainnya.

Dan ditambah juga, gue mengucapkan banyak terima kasih buat kalian yang sudah membaca cerita ini dari awal sampai akhir. Suatu kebahagiaan kalau ada yang membaca cuap-cuap dari gue hehe.

Tips dari gue buat kalian yang mau ke Korea adalah:

  1. Install Naver Maps (dan tandai dahulu tempat yang kalian mau tuju) karena ini benar-benar menolong kalian manajemen waktu dan mengurangi kemungkinan kalian tersesat
  2. Belajar baca hangeul atau obrolan dasar karena di resto-resto itu mayoritas nggak ada bahasa Inggrisnya (kalau gue belajar cara minta diskon dengan bilang: kakkak jusseyo, meminta tambahan side dish, nanya harga berapa duit, cara nanya WC ada dimana, can cara minta tolong orang buat fotoin)
  3. Bawa botol minum kosong hehehe biar irit dong

Nah, ini ada tips tambahan untuk kalian yang ke sana winter:

  1. Bawalah heatpack, termos, sarung tangan dan syal agar kalian nggak kedinginan
  2. Topi is a must! Kalau kepala kalian kedinginan bisa sakit kepala loh

Sampai jumpa di perjalanan berikutnya, chingu!

Wonderful Jeju Buat Gue Gak Mau Pulang – Day 3 (20 Jan ’20)

Sebelum kita masuk ke dalam perjalanan padat lainnya, gue akan mengajak kalian untuk sarapan ala ala backpacker. Untuk itu, mari kita mulai perjalanan kita:

GS 25


Kalau di drama Korea, kalian pasti menonton kalau mereka senang sekali sarapan atau membeli makan di market kecil seperti Alfamart atau Indomart. Bedanya kalau di sini minimarket yang ada adalah C U atau GS 25 atau Seven Eleven. Dari ketiganya, kali ini gue akan makan di GS 25. Di minimarket ini kalian bisa menemukan berbagai susu atau kopi yang muncul di drama Korea. Lucunya dari minimarket ini, harga sebotol susu dengan sebotol bir hanya beda 300 won sehingga lebih murah kalau kalian membeli bir sekalian (LOH INI MAKSUDNYA APA HAHA)

Makanan di mini market ini sangat beragam. Mulai dari sandwich, mie, sosis bahkan bubur sekalipun juga ada. Dan kali ini, gue memilih satu set nasi seperti Dosirak Menu, mama gue membeli mie dan kita tidak lupa membeli dua buah susu dan 1 gimbap untuk bekal perjalanan hari ini. Total pengeluaran kami 11.200 won dan menurut gue ini sedikit lebih ekonomis dibandingkan dengan sarapan kami di hari sebelumnya (kalau kalian mau lebih ekonomis lagi, kalian harus pintar-pintar pilih makanannya hehe). Informasi juga buat kalian, makanan di minimarket ini bisa dipanaskan juga. Semuanya ada tertulis di bagian bungkusan, meski tulisannya menggunakan hangeul gue rasa kalian bisa menebak berapa waktu dan suhu untuk memanaskannya. Kalau gue sih kemarin cuma mencocokkan tulisan di bungkus makanan dan yang tertulis di microwave (mungkin kalian bisa melakukan hal yang serupa)

Beberapa makanan enak yang dapat kalian temukan di minimarket:


Sebelum gue lebih lanjut membahas itinerary kita, gue perkenalkan dulu dengan supir kita yang recommended banget buat kalian yang mau ke Jeju dan menyewa mobil. Namanya Mr. Koh (nama lengkapnya Koh Seoung Hun aka Mr. Shawn), mobilnya mobil taxi yang cukup untuk 2-4 orang dalam satu kali perjalanan. Gue merekomendasikan Mr. Koh karena orangnya baik bahkan doyan banget fotoin kita dengan sukarela dan hasilnya bagus (apalagi dulu dia pernah jadi fotografer pernikahan gitu), orangnya nggak neko-neko, bahkan informatif banget selama perjalanan dia bakal ngajak kita ngobrol dan menceritakan tentang Jeju dan hal-hal yang perlu kita ketahui. Selama perjalanan pun dia nyetel lagu KPOP yang kekinian macam Blackpink, BTS dan lainnya hahaha.

Dia bisa berbahasa Jepang, bahasa Inggrisnya pun cukup lancar dan mudah dimengerti sama kita meski tidak 100% lancar gitu. Mr. Koh ini juga baik banget, dia buatin kita video terima kasih gitu udah menggunakan jasa dia dan menjalin hubungan baik. Yang paling gue suka selama perjalanan itu dia menyetir dengan hati-hati banget. Pokoknya kalau kalian naik mobil pasti berasa kan mana yang ugal-ugalan mana yang safety first gitu (bahkan katanya udah 25 tahun menyetir gak pernah kecelakaan). Terus dia juga bantuin kita nawar di beberapa kesempatan (ini terjadi pas gue makan nakkji)

Harga untuk menyewa per 8 jam itu 180.000 KRW dan setiap satu jam penambahan waktu dikenakan 20.000 KRW. Biaya ini udah termasuk bensin, tiket parkir, biaya makan supir. Pokoknya udah terima beres. Nah kalau kalian mau menggunakan jasa Mr. Koh kalian bisa hubungi dia di:

  • Cell Phone: 010-3524-4018
  • International Call: +8210-3524-4018
  • Email: Koh4299@naver.com
  • Facebook: Koh4299@facebook.com
  • Instagram: Seounghunkoh

Oke, balik lagi ke itinerary kita ya hehe


Woljeongri Beach


Woljeongri Beach tanpa filter
  • Alamat: 월정리 해수욕장, 540-2 Woljeong-ri, Gujwa-eup, Jeju-si, Jeju-do, South Korea
  • Jam Operasional: 24 Jam
  • Estimasi Biaya: Free
  • Transportasi: kalau gue nyewa mobil atau kalian bisa naik bus no 101 di Donggwangjang menuju Gimyeong Elementary School

Woljeongri Beach merupakan salah satu pantai dari banyaknya pantai di Jeju. Kalau menurut Tripadvisor, Woljeongri Beach menduduki posisi ke-5 pantai terindah di Jeju. Bisa dibilang kalian sisa memilih ingin pergi ke pantai yang mana karena semua pantai di Jeju itu bagus. Mungkin kalian bisa memilih pantai yang lebih sejalur dengan perjalanan kalian gitu dan kali ini gue mendatangi Woljeongri Beach. Uniknya Woljeongri Beach Jeju ini terasa begitu pastel dan cukup sepi. Meski air laut Woljeongri Beach tidak sebiru di Labuan Bajo, menurut gue Woljeongri Beach memberikan sebuah keindahan baru di balik airnya yang berwarna biru muda (emerald water).

Lautan terasa begitu serasi dengan langit yang keabuan akibat mendung. Namun begitu turun dari mobil, hal pertama yang akan kalian rasakan adalah hempasan angin yang mampu membekukan pipi kalian dalam sekejap. Kalau kalian datang pas summer, mungkin angin ini cukup pas tapi kalau kalian datang pas winter seperti gue, duh bisa-bisa jadi patung es duluan. Deburan ombak yang menyapu bibir pantai terasa menenangkan jiwa. Apalagi, Woljeongri Beach memiliki pasir pantai yang putih dan halus, membuat gue ingin membuka sepatu dan berlari-lari di sepanjang pantai. Sayangnya, lagi-lagi angin kencang membuat gue malah semakin merapatkan jaket.

Dari pantai, pemandangan yang paling indah versi gue adalah lautan yang berwarna biru muda dengan berhiaskan kincir angin raksasa yang berputar dengan semangat. Satu-satunya hal yang mencolok dari pantai ini adalah kursi berwarna-warni yang menjadi daya tarik populer. Kalau misalkan anginnya tidak kencang plus waktu kalian di Jeju cukup lama, kalian bisa duduk santai di tepi pantai atau di café trendi seberang pantai ini untuk menikmati keindahan pemandangan.

Seopjikoji


  • Alamat: 107, Seopjikoji-ro, Seogwipo-si, Jeju-do
  • Biaya Estimasi: Free
  • Jam Operasional: (sepertinya 24 jam) N/A
  • Transportasi: kalau gue nyewa mobil atau kalian bisa naik bis no 111 dari Donggwangyang menuju Susan 1-ri dan lanjut naik taxi ke Seopjikoji

Seopjikoji merupakan salah satu tempat wisata yang paling populer di Jeju. Menurut gue, mungkin ini merupakan the power of drama Korea. Di Seopjikoji ini telah beberapa kali menjadi tempat syuting beberapa drama Korea seperti: Gingko Bed, The Uprising, One Thousand and One Night, All In, Warm and Cozy. Dari tempat parkir, kalian masih perlu berjalan menanjak sebelum akhirnya menaiki tangga menuju mercusuar setinggi 4 meter dan selebar 9 meter. Di sepanjang jalan, kalian akan disajikan pemandangan lautan, hamparan padang canola, dan mercusuar dari kejauhan. Kalau kata orang, waktu yang bagus buat datang ke sini itu saat sunset dan di bulan April karena ladang Canolanya paling bagus. Di sisi kanan, kalian akan melihat lautan lepas, sedangkan di sisi kiri kalian akan melihat hamparan ladang canola yang hijau kekuningan. Dari sini pun kalian akan kelihatan Seongsan Ilchulbong (meski gue tidak “ngeh” dengan pemandangan yang satu ini).

Kalau dari dialek Jeju “seopjikoji” berarti “tanjung pulau kecil”, hal ini dikarenakan formasi tebing khasnya yang menjorok ke laut. Di sini juga terdapat sebuah gereja yang dahulu suka menjadi tempat pernikahan dan Song Hye Kyo pernah syuting di sini (di drama All In). Hanya saja, gereja ini telah berubah menjadi tempat berjualan cokelat dan permen (tapi sudah ditutup juga). Karena dekat laut, angin di sini bisa dibilang sangat kencang. Semakin kalian dekat ke mercusuar, semakin kencang pula anginnya (mungkin karena mercusuar berada di atas tebing). Kalau gue tidak bisa berlama-lama di sini karena bisa dibilang tempat ini crowded banget jadi rebutan foto sama orang apalagi anginnya kencang banget. Ternyata mercusuar ini muncul di Warm & Cozy pas Yoo Yeonseok dan Kang Sora melihat sunrise.

Kalau kata supir gue, Boy Before Flower juga pernah syuting di Mint Restaurant aka Phoenix Jeju Island Resort dekat sini (adegan minum teh) dan setelah gue baca blog orang pun ternyata di restaurant ini pernah syuting Legend of Blue Sea yang bagian makan eps.1, Orange Marmalade, Queens in Hyun’s Man. Overall, tempat ini oke buat kalian datangi ketika waktu luang dan target wisata kalian tidak begitu padat. Tapi gue pribadi merasa tempat wisata ini kurang worth it untuk dikunjungi. Oh ya, di dekat tempat parkirnya itu ada ahjumma yang berjualan cumi bakar yang wangi banget. Kalau melihat review orang, katanya rasanya enak banget juga. Mungkin kalau kalian ke sini boleh dong menyicipi cumi bakar ini.

Seongsan Ilchulbong


Perkenalkan tempat wisata paling wajib dikunjungi versi hari ini!

  • Alamat: 284-12, Ilchul-ro, Seongsan-eup, Seogwipo-si, Jeju-do
  • Biaya Estimasi: Adult 5000 Won, Youth/Children 2500 Won
  • Jam Operasional: 07:30-19:00
  • Transportasi: kalau gue nyewa mobil atau kalian bisa naik bis no 111 dari Donggwangyang menuju Susan 1-ri dan lanjut naik taxi ke Seongsan Ilchulbong

Seongsan Ilchulbong atau Seongsan Sunrise Peak merupakan kawah gunung berapi yang dinobatkan sebagai salah satu pemandangan paling indah di Jeju. Menurut cerita tempat ini muncul secara tiba-tiba ke permukaan akibat erupsi volkanik (hydro-volcanic) 100.000 tahun yang lalu dan uniknya Seongsan ini tidak bisa menampung air seperti kawah kebanyakan lainnya. Lokasi ini merupakan UNESCO World Natural Heritage yang berarti situs wisata ini masuk ke dalam daftar warisan dunia yang harus dilindungi. Sesuai dengan namanya, tempat ini dikatakan sebagai spot yang bagus untuk menikmati matahari terbit. Hanya saja gue sampai di sini agak siang jadi kita tidak akan melihat sunrise.

Untuk mencapai puncak kawah ini kita harus mendaki bukit yang lumayan tinggi. Untungnya, semua tempat wisata di Jeju itu terawat sehingga mereka sudah membuat anak tangga (sekitar 500 anak tangga) yang kokoh dan bagus agar kita lebih leluasa berjalan. Meski begitu, gue sarankan kalian memakai sepatu yang nyaman untuk menaiki anak tangga ini. Kalau kalian pakai sepatu hak? Tambah gempor sih menurut gue hahaha. Kalau kata orang, untuk naik dan turun dari Seongsan ini membutuhkan waktu 1 jam, tapi gue malah menghabiskan waktu 2 jam (akibat tidak pernah olahraga jadinya ngos-ngosan). Tapi percayalah, meskipun kalian merasa ingin menyerah selama pendakian, kalian tidak boleh menyerah! Harus kudu banget wajib naik ke puncaknya! Kenikmatan dan pemandangannya itu bagus banget loh.

Bagusnya lagi dari tempat ini, mereka menyediakan tempat duduk untuk istirahat ketika kalian lelah memanjat. Note buat kalian, lebih baik kalian menyediakan banyak air minum dan makanan-makanan sebelum memanjat. Jadi kalian bisa berhenti di tengah perjalanan dan mengisi energi terlebih dahulu

Gue sendiri berhenti di perhentian 2 untuk makan gimbap, jeruk dan minum susu. Satu lagi nih pesan gue, kalau sepanjang perjalanan kalian menemukan lokasi yang bagus buat foto kalian harus foto. Soalnya jalan naik dan turun itu berbeda jadi kalian harus memaksakan diri kalian untuk foto meskipun kalian keringetan, kucel dan napasnya satu-satu kayak ikan keluar kolam hahahha. Di sepanjang jalan pun kalian akan disuguhkan dengan pemandangan kota Jeju dari kejauhan yang begitu indah. Sesampainya kalian di puncak, berjalanlah ke arah kiri dan kalian akan menemukan tanda “puncak” dari Seongsan Ilchulbong ini

Gue bisa bilang Jeju itu niat banget merawat tempat wisata mereka. Sampai di atas sendiri kalian bisa melihat kalau lokasinya bersih, terawat dan benar-benar ramah pengunjung. Kalian tidak akan menemukan satu sampah atau kerikil pun yang bisa bikin pengalaman wisata kalian tidak nyaman. Uniknya lagi, di lokasi yang setinggi ini ada wifi! Gue sendiri udah mencoba menggunakan wifinya (karena tidak percaya kalau di lokasi setinggi ini bisa kencang sinyalnya) dan benar-benar ajaib! Wifi ini bukan pajangan loh teman-teman.

Bawalah kacamata hitam kalian karena di puncak sini terang banget! Bahkan foto aja sampai susah. Selain itu uniknya di atas sini malah tidak banyak angin (padahal sepanjang perjalanan mendaki anginnya kencang sekali) Karena kita datang saat winter, kawah besar berdiameter 600 meter ini terdiri dari padang yang mengering kecokelatan. Kawah ini tampak seperti mahkota raksasa, di sisi tenggara dan utara terdapat tebing-tebing, sisi barat lautnya terhubung ke desa Seongsan. Kalau kalian datang di musim semi kalian bakal melihat kawah gunung ini hijau dan dikelilingi bunga canola yang berwarna kuning cerah.  

Setelah mendaki Seongsan Ilchulbong, di bawah dekat pantai pun kalian bisa melihat Live Haenyeo Performance di jam tertentu seperti 13:30 dan 15:00. Biasanya sebelum pertunjukkan dimulai akan ada pemberitahuan dengan pengeras suara dan nyanyian khas para haenyeo yang biasa mereka nyanyikan saat berenang ke lautan. Kalau model lagunya menurut gue lebih ke arah Traditional Korean Folk yang mendayu dan kuno. Haenyeo adalah wanita penyelam yang berasal dari pesisir Korea khususnya di pulau Jeju. Bahkan ada yang bilang Haenyeo itu putri duyungnya Jeju (tsahhh ahhaha) Konon, kegiatan penyelam ini masih didominasi kaum pria sampai abad ke-19 tapi menyelam ini tidak menguntungkan kaum pria karena mereka menanggung pajak sedangkan wanita tidak. Karena itu kegiatan penyelaman ini diambil oleh wanita dan katanya wanita lebih dapat bertahan dan menjaga suhu tubuh di dalam lautan (karena lemak tubuh wanita banyak HAHAHA ini bener fakta dari wikipedia loh).

Kalau mendengar dari supir kita, dia bilang wanita era modern itu ogah menyelam, mereka lebih memilih kerja di perusahaan sehingga saat ini Haenyeo itu rata-rata wanita berusia 50-80 tahun (kasihan banget ya). Para Haenyeo itu mampu menyelam ke kedalaman sampai 20 meter dan menahan napas lebih dari 2 menit mengumpulkan seperti abalon, gurita, ikan-ikan kecil atau beberapa hewan laut yang dipotong hidup-hidup (nakjji). Bahkan saat winter seperti saat ini pun mereka masih menyelam (kasihan banget ya pt.2). Saat ini Haenyeo menjadi UNESCO Intangible Cultural ke-19 sejak 2016. Kalau misalkan zaman dahulu pelampung untuk menaruh hasil tangkapan mereka berwarna putih, saat ini telah diganti menjadi warna oranye terang. Hal ini disebabkan agar mudah mengetahui posisi haenyeo.

Sebenarnya kalian tidak harus sih nonton di sini karena di setiap pantai biasanya banyak banget haenyeo yang bisa kalian temui. Dari sini pun kalian bisa ke Udo Island yang memakan waktu setengah hari untuk menjelajahi satu pulau. Kalau kata supir kami, di Udo Island itu jauh lebih tenang daripada Jeju, padahal gue sendiri sudah merasa Jeju itu sangat tenang. Karena waktunya tidak memungkinkan mungkin next, kita akan menjelajahi Udo Island. HEHEHE, doain aja bisa balik lagi.

Seongeup Folk Village


  • Alamat: 19, Seongeupjeonguihyeon-ro, Pyoseon-myeon, Seogwipo-si, Jeju-do
  • Biaya Estimasi: Free
  • Jam Operasional: N/A
  • Transportasi: kalau gue nyewa mobil atau kalian bisa naik bis no 121 dari Donggwangyang menuju Seongeup ri-1 Community Service Center dan jalan kaki sekitar 5 menit (500 meter)

Rasanya tidak afdol jika datang ke Korea tanpa mengetahui sebuah sejarah dan budaya dari negara tersebut. Kali ini, gue dibawa ke area Jeongui Village dari abad ke 18. Sekelibat adegan drama kerajaan Korea mulai bermunculan ketika gue datang ke tempat ini. Ternyata, di Jeju sendiri masih banyak yang menggunakan desain rumah kuno ini. Perbedaannya hanya di jendela mereka. Kalau misalkan rumah-rumah tersebut berjendela kayu dan kaca itu artinya ada penghuni di rumah tersebut. Rumah-rumah di Jeju mayoritas tidak menggunakan pagar karena masih cukup aman dan hanya dikelilingi batu-batu karang hitam yang disusun sedemikian rupa untuk membedakan rumah satu kepala keluarga dengan yang lainnya.

Sebenarnya gue dan mama gue bukan mau datang ke kawasan (Seongeup Folk Village) ini. Yang sebenarnya gue pengin datangin itu yang Jeju Folk Village yang digambarkan pada serial Dae jang geum karena menurut info di sana lebih bagus, besar dan informatif. Tapi sopir kita malah mengajak kita ke sini (mungkin karena searah dan di sini free) dan berkata kalau di Jeju Folk Village itu tempatnya 11 12 sama di sini.

Kehidupan zaman lampau di sini digambarkan masih dalam masa penjajahan. Tidak ada listrik dan mereka tidak membangun “dapur” seperti di rumah-rumah biasanya. Atap rumah bagian depan pun diganjal menggunakan kayu supaya ketika hujan atau berangin mereka dapat menutup bagian rumah. Setiap rumah dibangun menggunakan batu karang hitam khas jeju (berasal dari gunung berapi meletus) yang kokoh beserta tanah liat. Sedangkan atap mereka sendiri terbuat dari jerami yang diikat dengan simpul. Dari cerita supir gue, rumah-rumah zaman kuno ini ketika musim panas akan terasa adem akan tetapi ketika musim dingin rumah akan terasa hangat. Hal ini terbukti benar karena gue sendiri mengalaminya ketika memasuki rumah-rumah.

Lucunya masyarakat dahulu memiliki WC di luar rumah (tapi masih di dalam komplek rumah per kepala keluarga) dan mereka akan membuat peternakan babi di sisi bawahnya. Sehingga kalau kalian BAB, babi-babi akan memakan kotoran kalian. Setelah mendengarkan ini, gue jadi bersyukur maka Black Pork di era sekarang, bukan zaman dahulu hahaha. Dan ditambah lagi WC ini pas untuk satu orang dan tidak memiliki pintu. Kalau gue membayangkan, seram juga ya misalkan gue lagi BAB terus ada sanak saudara yang lewat. Rasanya malu banget. Menurut gue mendatangi daerah ini menambah banyak pengetahuan. Selain melihat rumah-rumah kuno, kalian akan melihat juga gerbang perbatasan dengan kerajaan seperti di drama-drama Korea dan merasakan vibe serupa seperti di dalam drama-drama kerajaan.

Kalau misalkan kalian ke sini dan memiliki banyak waktu, kalian bisa juga menyewa hanbok untuk foto ala-ala zaman dahulu. Tapi jangan lupa bawa payung atau kacamata hitam karena lokasi ini sangat terik bahkan anginnya pun terbilang sangat kencang seperti Jusangjeolli Cliff.

Soesokkak Estuary


Kalau kalian mempunyai waktu yang lebih, kalian boleh banget mampir ke sini sambil membawa buku kesukaan kalian. Soesokkak memberikan suasana paling menenangkan dari antara semua tempat wisata yang sudah gue datangi. Pemandangan indah (banget) seperti di dalam desa membuat kalian ingin duduk berlama-lama memandangi pemandangan. Soesokkak pada zaman dahulu diberi nama “Soedun” yang artinya sapi yang sedang berbaring (meski gue tidak paham apa hubungan lokasi ini dengan sapi). Tempat ini merupakan jurang yang terbuat dari lava dan menjadi pertemuan air sungai dan air laut (bibir dari aliran Hyodoncheon)

  • Alamat: 128, Soesokkak-ro, Seogwipo-si, Jeju-do
  • Biaya Estimasi: Free (kalau main kayak dll beda lagi harganya)
  • Jam Operasional: N/A (sepertinya 24 jam)
  • Transportasi: kalau gue nyewa mobil atau kalian bisa naik bis no 181 dari Jeju City Hall menuju Harye-ri Enterance dan naik taxi 8 menit (7,2 km)

Menurut gue, Soesokkak merupakan pilihan yang sangat tepat untuk wisata bersama keluarga. Baik anak-anak maupun orang tua dijamin suka dengan suasana di sini. Air di sini sangat biru dan tenang, bahkan banyak sekali orang yang bermain kayak, mendayung sampan atau menaiki perahu jadul yang digerakkan dengan cara ditarik. Untuk anak-anak sendiri di sini terdapat beberapa ayunan atau kalian bisa bermain di pantai. Hanya saja pasirnya hitam dan cenderung berbatu.

Gue sempat menonton salah satu vlog Youtuber di Korea, dan begitu gue sampai gue langsung ngakak sendiri keinget bagian mereka main kayak berdua. Kalau kalian mau nonton juga, gue attach video youtube-nya di bawah ini ya.

Jeongbang Waterfall


  • Alamat: 37 Chilsimni-ro214beon-gil, Donghong-dong, Seogwipo-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Biaya Estimasi: Adult 2000 Won, Children/Youth 1000 Won
  • Jam Operasional: 08:00-18:00
  • Transportasi: kalau gue nyewa mobil atau kalian bisa naik bis no 181 dari Jeju City Hall menuju Biseokgeori

Jeongbang Waterfall dengan ketinggian 23 meter menjadi satu dari tiga air terjun yang wajib dikunjungi di sini. Menurut legenda, terdapat naga suci yang tinggal di bawah permukaan air terjun ini sehingga dikatakan bahwa air terjun Jeongbang mampu mengobati sakit dan membawa hujan ketika kemarau melanda.

Yang gue suka di sini, dari jauh pun kalian bisa memfoto Jeongbang Waterfall. Kalau kalian pengin explore foto lebih bagus kalian boleh banget mendekat ke air terjun, tapi saran gue pakailah sepatu olahraga (pokoknya jangan sepatu yang licin, sandal apalagi hak tinggi) karena jalanannya berbatu dan agak licin meski tidak ada genangan air yang terdapat di atas batu. Tapi sebagai info, kalian tetap tidak boleh ya berenang di daerah ini. Kalau main ciprat-ciprat air dekat sini masih boleh lah.

Jeongbang Waterfall menjadi satu-satunya air terjun di Asia yang langsung mengalir ke laut. Jadi, kalau kalian ke sini, kalian bisa menikmati air terjun sekaligus duduk santai di bebatuan menikmati senja. Kalian juga bisa menemukan ahjumma yang berjualan nakjji di sini. Akhirnya, gue mencoba nakjji di sini:

Di sini ada nakjji sea cucumber, abalone dan sea snail. Tekstur rasanya sendiri menurut gue unik dan lumayan enak. Begitu suapan pertama, percayalah kalian akan menyapa rasa asin beserta sedikit lendir di lidah kalian. Mungkin karena mereka benar-benar fresh dan memang mereka benar-benar masih hidup ketika dipotong. By the way, anehnya ketika dipotong ketiganya ini tidak mengeluarkan darah ya.

Awalnya gue pikir nakjji ini akan bergerak di mulut kita seperti sanakjji (kalian boleh menonton di youtube reaksi orang makan sanakjji) tapi ternyata ketiga makanan ini memiliki rasa yang mirip seperti makan otot yang mengencang (if you know what I mean) atau tulang ayam yang lunak. Bisa dibilang tidak ada satu sisi pun yang lunak atau empuk seperti daging. Tapi, kalau abalone dan sea snail lebih tidak keras dibandingkan sea cucumber. Tapi sepertinya gue lebih suka sea cucumber soalnya gue jadi sibuk mengunyah dengan semangat, daripada membayangkan kalau mereka itu mentah.

Sister’s Noodle (Non Halal)


  • Alamat: 67 Samseong-ro, Ildoi-dong, Jeju-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Biaya Estimasi: 8000 won per mangkok
  • Jam Operasional: 09:00-21:00
  • Transportasi: kalau dari Jeju Staz Robero bisa jalan kaki dan ikutin Naver Maps (cuma kalau winter agak susah ya karena anginnya kencang) kalau mau nyaman naik taxi. Kebetulan gue minta diturunin supir gue di sini

Never judge a book from it’s cover merupakan peribahasa yang tepat untuk resto ini. Awalnya gue pikir rasanya bakal biasa saja, karena kalau dari foto paling juga cuma mie dengan kuah kaldu apalagi gue sendiri bukan penggemar mie. Ternyata, mampir ke resto ini merupakan pilihan tepat. Begitu gue sampai, nomer antriannya saja sudah panjang dan emang menurut orang kalau kalian mau makan di sini harus siap mengantri panjang. Bahkan resto ini tidak pernah sepi dari gue datang sampai pulang meski orang Korea itu makannya super cepat dan begitu mereka habis makan langsung cabut.

Begitu masuk kalian akan melihat satu mesin di sebelah kanan kalian. Kalau menurut orang, gue itu harus masukin nomer ponsel terus pesanan gue di sana terus nanti mereka akan panggil. Masalahnya, gue dan mama gue tidak membeli kartu SIM di sana dan kita berdua cukup kebingungan. Dengan nekat, mama gue langsung masuk ke dalam nyamperin pelayannya dan pesan makanan. Mungkin kalian juga bisa menggunakan metode serupa seperti gue hahahha.

Gue memesan gogi guksu dan bibim guksu. Kalau bibim guksu ini merupakan rekomendasi dari driver kita, katanya dia paling suka makan ini dan setiap kali makan di Sister’s Noodle pasti pesan ini. Begitu datang, kedua makanan ini tampak begitu menggoda. Kalau gogi guksi disajikan dengan panas akan tetapi mie dari bibim guksu ini disajikan dingin (cold noodle). Sekilas, tekstur kedua mie ini sama; seperti rasa spagetti.

Kalau kalian lihat di atas, bibim guksu itu terlihat sangat merah. Asumsi gue awalnya juga rasanya bakal pedas tapi ternyata rasanya agak mirip dengan saus toppoki yang biasa kita makan (bahkan cenderung manis). Dengan toping potongan daging yang tipis, rumput laut (disediakan di meja kalian jadi bebas nambah) dan kuah bening yang disajikan menurut gue bibim guksu ini enak. Tapi, akan lebih lezat lagi rasanya kalau kalian makan bibim guksu ini ketika musim panas karena pas kemarin gue dan mama gue makan ini kita berdua malah tambah kedinginan.

Citarasa yang berbeda disediakan dalam semangkuk gogi guksu. Meski disajikan dengan sederhana dengan potongan daging dan rumput laut, kalian bakal benar-benar ketagihan dengan makanan ini. Gue malah suka banget sama menu makanan ini! Enak banget sumpahhh! Kuahnya yang gurih khas kaldu membuat gue tidak bisa berhenti menyeruputnya. Menurut gue komposisi mie, daging dan rumput laut ini menyatu hingga mampu memecahkan fatamorgana. Top banget!

Kalau buat side dishnya kalian akan mendapatkan tiga macam side dish yaitu kimchi lobak, kimchi sawi dan bawang putih. Kalau gue lihat orang-orang sana doyan banget sama bawang putihnya tapi karena gue anti banget sama bawang jadi gue skip mencicipi side dish ini. Untuk kimchi lobak dan sawinya sudah tidak diragukan lagi enak banget. Kalau gue lebih suka kimchi sawinya dibandingkan kimchi lobak karena kimchi lobak terbaik ada di Woojin. Tapi sayangnya pelayanan untuk side dish ini kurang oke menurut gue. Gue udah minta nambah side dishnya sampai 3x manggil baru diambilin dan setelah itu panggilan gue buat nambah udah diabaikan. Sayang banget sih, padahal kimchi mereka enak.


Akhir kata, gue suka sekali sama perjalanan hari ketiga. Semua tempat benar-benar buat gue merasa 1000% betah di Jeju! Gak pengin pulang plisss! Tapi, namanya juga realita ya, semoga aja bisa balik lagi ke sana. Gue suka banget mengexplore tempat wisata alam dan masih banyak tempat wisata lain yang gue skip karena gue kurang tertarik.

Buat kalian yang mau tahu caranya dari tempat A ke tempat B, kalian bisa pakai Naver Maps (install di Playstore) atau bisa mengunjungi https://www.rome2rio.com/map/Jeju-City/ menurut gue kedua aplikasi atau web ini sangat membantu. Gue menyewa mobil karena mengejar waktu (flashpacker hehe) dan takut dengan angin winter yang dingin. Tapi kalau kalian mau coba, boleh banget loh. Menurut gue sangat asyik kalau kalian bisa mengexplore tempat wisata seperti orang lokal.

Buat selanjutnya, kita bakal membahas hari terakhir sekaligus gimbap yang katanya paling enak di Jeju! Stay Tuned ya…

Ciao~

Itinerary Terpadat! 8 Tempat Wisata Dalam Waktu 8 Jam – Day 2 (19 Jan ’20)

Menurut gue, haram hukumnya kalau jalan-jalan tidak explore kota itu secara menyeluruh (alias cuma di hotel dan explore sekitarnya), apalagi gue termasuk orang yang sekalinya jalan keluar subuh sebelum matahari terbit dan pulang sering kali nyaris tengah malam. Maka dari itu, mari kita mulai perjalanan kita:

Woojin Haejangguk


  • Jam Operasional: 06:00-22:00
  • Alamat: 831, Samdo 2(i)-dong, Jeju-si, Jeju-do, Korea
  • Cara ke tempat ini: dari hotel gue cuma berjalan kaki sekitar 10 menit (kalian bisa ikutin naver maps)

Masih teringat dengan jelas bagaimana riuh mangkuk dan sendok berdenting di pagi itu. Padahal, matahari masih belum terbit dan hembusan angin membuat semua orang menggeliat kedinginan tetapi hal itu seakan tidak menghalangi produktifitas orang Korea. Dari subuh saja, resto ini penuh dan banyak yang mengantri. Sarapan di Woojin Haejangguk merupakan pengalaman pertama yang tak terlupakan tentang bagaimana gue harus memesan makanan tanpa mengerti satu hangeul pun. Padahal sebelumnya gue dan mama gue udah mencoba melakukan translate terlebih dahulu. Eh, sampai di sana semua malah buyar.

Buat kalian yang sama awamnya seperti gue, pasti merasa percuma menonton drama Korea selama ini. Akhirnya yang ada gue hanya asal menunjuk menu tanpa tahu sebenarnya apa yang gue pesan. Begitu makanan datang, gue baru tahu kalau yang gue pesan itu yachaejeon (yang harganya 15.000) dan momguk (posisi kedua dari kiri gambar).

Yachaejon merupakan pancake sayuran yang rasanya mirip sekali dengan gorengan bala-bala dengan isian seperti buncis dengan irisan cabai yang dapat menjadi jebakan kecil. Tetapi anehnya yanchaejon tidak memberikan tekstur crispy seperti yang gue bayangkan, bahkan bagian tengah pancake ini terasa seperti belum matang sepenuhnya. Pancake ini seharga 15.000 won (sekitar 190 ribu rupiah) dan menurut gue sangat tidak worth it jika dibandingkan dengan gorengan bala-bala yang menyajikan konsep serupa. Jujur aja, gue sedih sekali tidak bisa memakan ini sampai habis. Sebenarnya gorengan ini cukup unik dan masih bisa dimakan. Ukurannya yang berkisar 10-15 cm lebih cocok disantap untuk 4 orang.

Makanan kedua kita dan yang terutama adalah momguk yang merupakan salah satu makanan masterpieces dari Jeju. Jadi ceritanya di masa dulu itu pulau Jeju itu pulau miskin yang kekurangan makanan. Saat acara besar seperti pernikahan, warga Jeju akan berkumpul dan memasak momguk.  Sup ini dibuat menggunakan tulang babi yang direbus hingga mengeluarkan kaldu yang sedikit kental dipadu dengan rumput laut yang sepertinya diiris tipis. Di bagian atasnya terdapat potongan daun bawang segar dan wijen putih sehingga sup ini begitu wangi ketika dihidangkan. Menurut gue, sup ini sebenarnya enak akan tetapi cukup beratuntuk dijadikan sarapan sehingga satu porsi sup ini dapat dimakan dua orang. Sayangnya kita dilarang melakukan hal tersebut.

Untuk side dish kimchi sawi dan lobaknya bisa dibilang the best dari semua side dish kimchi yang gue makan di sana (meski semua kimchi bisa dibilang sangat lezat). Rasa lobak dan sawinya itu benar-benar segar, tidak pedas maupun terlalu asam. Menurut gue kombinasi rasa ini terbilang sangat pas dengan teksturnya yang kriuk. Bahkan gue berharap bisa membuat ASMR hanya dengan kimchi di Woojin. Pokoknya enaknya kebangetan! Oh ya, kalau misalnya kalian datang ke sini dan kehabisan side dish, kalian tidak perlu repot memanggil pelayan karena semua side dish di Woojin self-service (mereka menyediakan tempat yang isinya side dish semua). 

Sebenarnya, menu andalan dari Woojin Haejangguk itu yukgaejang (spicy beef soup with vegetables), meski bentukannya tidak menggoda entah mengapa mayoritas orang yang makan di sana memesan menu tersebut dan setelah pulang gue melihat review orang yang mengatakan kalau rasanya enak banget. Anehnya, kenapa gue nggak menunjuk makanan orang saja ya? Mungkin ini pertanda harus balik lagi ke sana (HEM, MAUNYA AJA ITU MAH HAHA)

Menu andalan Woojin Haejangguk

Sebelum membahas perjalanan itinerary terpadat, gue akan menjelaskan bagaimana gue berkeliling Jeju. Sebelumnya sudah gue bahas kalau Jeju itu pulau yang besar ditambah lagi dengan jarak antar tempat wisata yang jauh. Kalau menurut beberapa pengalaman orang, kalian bisa kok memakai bus untuk menghemat biaya. Tetapi, karena waktu gue sedikit dan gue ingin mengexplore banyak tempat, akhirnya gue menyewa taxi. Di sisi lain, gue juga tidak menyesali keputusan ini. Setelah sampai di sana, gue menyadari bahwa bus jarang lewat dan jalanan itu sepi. Coba bayangkan, gue sendirian bersama angin kencang akibat winter menunggu bus yang datangnya bisa sampai setengah jam sekali. Bisa-bisa gue mati kedinginan duluan. Oke deh, kembali lagi ke topik dimana gue akan mulai perjalanan dengan 8 tempat dalam kurun waktu 8 jam:

Yongduam Rock


Yongduam Rock yang indah
  • Alamat: Yongdamroteo-ri Yongdam-2dong, Jeju-si, Jeju-do
  • Jam Buka: 24 jam
  • Estimasi Biaya: free

Lokasi pertama perjalanan ini membuat mata gue terbuka lebar. Jeju memang sebagus itu, berpadu dengan suasana tenang yang seolah mengajarkan bahwa kita perlu duduk sejenak. Yongduam Rock terkenal dengan batu karang yang dikatakan berbentuk kepala naga. Alkisah seekor naga mencuri giok berharga dari gunung Hala di Jeju dan membuat para dewa marah. Dewa itu membunuh naga tersebut sehingga tubuhnya membentur karang, kemudian kepalanya berubah menjadi batu.

Uniknya, batu di pulau Jeju berwarna hitam dengan warna laut yang berwarna biru muda sehingga terlihat seperti diedit menjadi warna pastel. Meski lokasinya cukup kecil, tempat ini cocok untuk duduk bersantai mendengarkan suara ombak dan burung berkoak bahkan mengobrol dengan orang terdekat sambil melihat pesawat yang melintasi angkasa.

P.S: Apa cuma gue yang merasa kalau Yongduam Rock ini mirip siluet Night Fury dari “How To Train Your Dragon“?

MYSTERIOUS ROAD


Mysterious Road yang unik
  • Alamat: 2894-63 1100(Cheonbaek)-ro, Nohyeong-dong, Jeju-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Jam Buka: 24 jam
  • Estimasi Biaya: free

Jalanan ini unik banget! Bagaimana bisa mobil yang dimatikan dapat berjalan sendiri bahkan minuman kaleng dapat menggelinding sendiri sementara jalan begitu rata dan terlihat menanjak lurus? Jalanan ini ditemukan oleh sepasang suami istri yang menepikan mobil untuk mengambil foto. Ternyata, mobil mereka berjalan sendiri padahal sudah direm. Alhasil, jalanan ini menjadi terkenal dengan nama dokkaebi road (jalanan siluman)

Sebenarnya jalanan ini cuma sekitar 100 meter jadi, kalian tidak perlu lama-lama mampir ke tempat ini. Cukup duduk di mobil dan melihat keajaiban alam, atau mungkin turun dari mobil dan taruh kaleng minuman kalian di jalanan. Beberapa orang juga bilang kalau kalian menuangkan air, air tersebut akan mengalir ke atas. Tapi gue tidak mencoba metode ini karena menurut gue kayaknya tidak mungkin juga bisa mengalir ke atas soalnya masih ada gravitasi. Oh ya, jangan lupa untuk foto sebagai bukti kalau kalian pernah datang ke tempat ini.

HALLASAN (HALLA MOUNTAIN)


Hallasan ketika winter
  • Alamat: 2070-61, 1100-ro, Jeju-si, Jeju-do (제주특별자치도 제주시 1100로 2070-61)
  • Jam Buka: sepertinya selalu buka (kalau jam buka setiap jalur pendakian bisa dicek di google)
  • Estimasi Biaya: Free

IT’S THE BEST PART OF MY JOURNEY! Winter tidak akan pernah lengkap tanpa adanya salju dan Hallasan merupakan satu-satunya tempat dimana kamu dapat melihat salju di Jeju. Sebetulnya, gue cukup was-was sebelum datang ke sini soalnya ada beberapa orang dari grup backpacker yang memposting kalau mereka tidak menemukan salju di hallasan. Gue dan mama gue cuma bisa berdoa semoga saja kita bisa ngelihat salju.

Ternyata, begitu gue sampai di lahan parkiran, lokasi ini turun salju! Di sepanjang perjalanan kalian bisa melihat kalau salju bertengger manis di dahan pohon, menutupi sisi jalanan dan membuat lokasi ini nyaris seperti Narnia. Meski hujan salju yang turun tidak lebat, setidaknya, gue bisa merasakan bagaimana salju tersebut meleleh di helai rambut dan berfoto ala-ala winter. Meski Jeju merupakan tempat terhangat di Korea Selatan, Hallasan sendiri bersuhu sekitar 2 derajat celcius. Kalau kalian bertanya-tanya apakah di Hallasan dingin, jawabannya dingin banget! Tentunya kalian harus melengkapi diri kalian dengan perlengkapan perang yang sesuai. Seperti gue yang memakai longjohn + sweater + jaket, 3 lapis celana khusus winter dan sarung tangan.

Sebagai perlindungan tambahan jangan lupa juga membawa topi winter (karena udara dingin dapat membuat kepala kalian sakit), tempelkan body heatpack ke baju kalian dan masukkan hand warmer ke dalam saku jaket kalian. Bawa juga minuman panas di termos, percayalah air hangat itu sangat membantu ketika kalian kedinginan. Oh ya, ada lagi keuntungan lain dari winter menurut gue yaitu: kalian tidak perlu kelihatan langsing di foto. Kalau kalian terlihat bulat, kalian tinggal bilang kalau baju winter itu tebal dan besar.

Hallasan merupakan gunung tertinggi Korea Selatan dengan ketinggian 1.950 meter dan menjadi bagian dari UNESCO world natural heritage sejak 2007. Hallasan ini juga dipercaya sebagai salah satu gunung keramat di Asia selain Gunung Fuji di Jepang dan Gunung Hyang di China. Kalau kalian tertarik, kalian bisa mendaki Hallasan dengan estimasi waktu 4 jam untuk mencapai puncak. Di puncak sendiri dikatakan selalu bersalju dan sangat bagus. Kalau gue sih bakal mengibarkan bendera putih, bahkan kalau emang gue mendaki ke atas, gue rasa gue baru sampai waktu petang. Karena itu gue cuma bermain di area bawah pintu masuk dekat pepohonan. Jiwa anak-anak gue mulai bergejolak seperti membuat bola salju gagal, berbaring di salju dan melakukan angel swing, melemparkan salju di udara seperti tanpa beban dalam hidup.

Aneh, tekstur salju seperti es serut ya

Meskipun winter membuat bunga mengering bahkan pepohonan kehilangan daun, salju-salju ini memiliki cara sendiri untuk membuat winter semakin indah. Salju-salju seolah memeluk ranting-ranting rapuh dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Lucunya lagi, banyak sekali pepohonan yang berjuang tanpa menyerah meski udara dingin yang menusuk tulang. Tanpa sadar, winter mengajari gue banyak hal dan membuat gue berharap untuk bertemu dengan salju lagi.

YONGMEORI COAST


Wonderful scenery of Yongmeori Coast
  • Alamat: 18-10, Sanbang-ro, Andeok-myeon, Seogwipo-si, Jeju-do
  • Telepon: +82-64-794-2940
  • Estimasi Biaya: yongmeori coast (adult: 2000 won, youth & children: 1000 won), yongmeori + sangbangsan (adult: 2500 won, youth & children: 1500 won)
  • Jam Operasional: ketika air tidak pasang

Yongmeuri Coast merupakan tempat wisata yang menurut gue tempat yang menarik dan bertempatan dekat gunung Sanbangsan. Tempat ini merupakan formasi tertua yang terbentuk dari volcanic (erupsi lava) dan entah kenapa kalau di foto Yongmeori memiliki “vibe” yang serupa dengan Antelope Canyon yang ada di Arizona, Amerika Serikat. Yongmeori memiliki arti “kepala naga” dan menjadi Jeju Geopark. Meski sama-sama berarti kepala naga dengan Yongdam Rock, Yongmeori memiliki sebuah legenda yang berbeda.

Dari legenda tersebut dikatakan kalau Emperor Jin dari China mengirimkan banyak prajurit untuk membunuh naga Yongmeori karena ia khawatir akan ada kemunculan sebuah pemimpin yang hebat dari Yongmeori (Naga disimbolkan sebagai pemimpin hebat telah lahir). Jadi, ketika naga tersebut masuk ke dalam laut, prajurit itu memotong kepala naga dan darahnya menyembur kemana-mana. Melihat hal tersebut Hallasan menjadi murka dan dewa mengirimkan angin topan untuk membunuh semua prajurit China tersebut sebagai pembalasan.  

Dari lapangan parkir kalian masih perlu berjalan masuk untuk menuju loket pembayaran, kalian akan melihat sebuah kapal besar di sebelah kanan dan ladang canola di sebelah kiri. Kapal ini merupakan Hamel Castaway Memorial untuk mengingat Hendrick Hamel, seorang pelaut Dutch yang terdampar ke pantai Jeju karena angin topan pada 1653.

Hamel Castaway Memorial

Begitu masuk ke dalam coast, percayalah kalian akan terpana dengan batu-batu indah yang seolah dipahat perlahan oleh seseorang. Di sebelah kiri terdapat coast dan di sebelah kanan terdapat lautan. Kalau kalian memutari lokasi ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam. Pastikan kalian memakai sepatu yang sesuai dan berjalan dengan hati-hati karena ombak yang menghempas seringkali meninggalkan genangan air pada jalanan berbatu ini.

Saat gue datang ke sini, terdapat sekumpulan bapak-bapak yang memancing di sini berlatarkan Gunung Sangbangsan sehingga terlihat seperti lukisan. Di beberapa sudut juga kalian bisa menemukan tante/nenek yang berjualan nakkji seperti sea cucumber, octopus maupun sea snail. Menurut gue, lokasi ini memiliki keunikannya sendiri dengan bebatuan yang indah dan suasana yang tenang. Ditambah lagi lokasi ini cocok dengan hamba konten! AHAHHA di setiap sudut Yongmeori sangat instagramable. Kalian tidak perlu bergaya macam-macam agar terlihat bagus di dalam foto karena orang-orang akan lebih kagum dengan pemandangan yang ada.

Kalau kalian datang ke sini, alangkah baiknya kalau datang di pagi hari karena semakin sore ombak akan semakin besar dan lokasi ini akan ditutup (dikatakan kalau jam tutupnya 13:00). Kalau mau lebih yakin lagi, kalian bisa menelepon terlebih dahulu untuk memastikan kalau tempat ini buka. Begitu kalian keluar, kalian bisa melihat kembali ladang canola dan kapal besar tadi. Kalau kalian mau foto di ladang canola, kalian perlu membayar sebesar 1000 won per orang. Di dekat kapal Hamel sendiri terdapat patung yang gue tebak merupakan patung Hamel. Kalau kalian ada waktu lebih, bolehlah kalian mampir dan ngopi cantik di café yang terlihat bagus ini.

Coffee Sketch

Cheonjeyeon Falls


  • Alamat: Korea Selatan, Jeju-do, Seogwipo-si, Jungmun-dong, 2232
  • Estimasi Biaya: Adult 2500 Won, Children & Adult 1350 Won
  • Jam Operasional: 08:00-18:00

Kalau kalian mau ke sini gue ingatkan jangan sampai salah spelling atau ngetik untuk ngasih tahu ke supir kalian. Soalnya di Jeju ada waterfall yang namanya mirip: Cheonjiyeon (cuma beda 1 huruf loh tapi lokasinya beda). Cheonjeyeon dikatakan sebagai pond of the emperor of heaven. Menurut legenda, tempat ini menjadi tempat mandi tujuh bidadari, seperti legenda Jaka Tarub milik kita. Bedanya, orang Korea tidak mengambil selendang bidadari hahaha. Cheonjeyeon sendiri memiliki tiga tingkatan air terjun.

Dari pintu masuk, gue berjalan dan bertemu dengan Cheonjeru Pavilion yang menjadi tempat berlangsungnya festival 7 bidadari. Setelah itu terdapat sebuah jembatan yang dinamakan Seonimgyo Bridge yang berarti jembatan 7 bidadari. Beberapa orang sering berfoto di jembatan ini atau berlatarkan jembatan ini. Sayangnya karena banyak ranting pepohonan, jembatan ini jadi kurang terlihat. Dan dari sini kalian akan melihat papan petunjuk menuju tingkatan pertama.

NOTE: persiapkan kaki kalian karena lokasi ini cukup membuatmu berolahraga.

Air terjun pada tingkatan pertama ini hanya ada saat hujan lebat, jadi kalau tidak hujan kalian hanya akan melihat sebuah kolam raksasa yang menjadi sumber dua air terjun lainnya. Kolam ini sedalam 21 meter dan pada zaman kuno akan ada orang yang berdiri di bawah air terjun pada hari Cheoseo (pada akhir Agustus) untuk menerima air suci yang dikatakan dapat menyembuhkan penyakit dalam sebulan. Tapi, saat ini lokasi ini melarang pengunjung untuk berenang, berendam atau masuk ke dalam air (mungkin karena takut ada korban yang terseret air atau serangan jantung karena airnya dingin). Air di kolam ini sangat biru dan jernih hingga kalian dapat melihat bebatuan di dalam kolamnya. Sayangnya, lokasi ini berbahaya kalau hujan lebat, tapi mengunjungi kolamnya saja sudah dapat mencuci mata.

Lanjut ke tingkatan kedua, kalian perlu berjalan dan menuruni anak tangga sekitar 500 meter. Karena kemalasan yang melanda, gue dan mama gue Cuma foto dari anak tangga atas dan jelas, setelah pulang ke rumah kita menyesal tidak mendatangi air terjun yang kedua ini. Di fotonya bagus dong, dan menurut beberapa orang lokasi air terjun kedua merupakan yang terbaik di antara ketiganya. Jadi, kalau kalian datang ke sini pokoknya jangan pantang menyerah untuk jalan ya.

Dan dari tingkatan kedua kalian perlu berjalan lagi sekitar 1 km (jelas gue udah bye bye sama air terjun ini) dan gue lihat dari blog beberapa orang mereka fotonya dari atas gitu, tidak sampai ke bawahnya. Jadi, gue kurang tahu juga apa kalian bisa turun ke air terjun yang ketiga.

Kalau kalian di sini, kalian bisa menemukan banyak tap water. Percayalah, air di sana super-duper enak. Semacam air gunung asli gitu yang dingin dan menyegarkan. Gue tidak tahu apa karena winter, atau memang airnya seperti itu. Tapi, air di sana merupakan air tap terbaik yang pernah ada. Gue baru kepikiran sekarang… apa tap water itu juga bisa menyembuhkan penyakit ya?

YAKCHEONSA TEMPLE


  • Alamat: 293-28 Ieodo-ro, Daepo-dong, Seogwipo-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Jam Operasional: tidak diketahui
  • Estimasi Biaya: Free

Kuil ini gede banget! Ditambah lagi dengan suasana hening dan tenang khas kuil Buddha. Yakcheonsa Temple telah berdiri sejak 1970 yang didirikan oleh biksu Buddha. Kuil ini dikatakan sebagai salah satu kuil terbesar di Korea dengan luas 3.305 meter dan tinggi 30 meter. Selain itu terdapat lonceng buddha seberat 18 ton dan memiliki aula doa terbesar dengan patung buddha mini yang berlapis kaca Di sepanjang jalan kuil ini terdapat pohon-pohon jeruk, dan gue menemukan buah jeruk terbesar yang pernah gue lihat. Jeruk itu sebesar dua telapak tangan gue yang disatukan! Daebak. Kalau gue baca dari wikipedia, dulu kuil ini disebut sebagai “Dwaeksaemi” yang berarti a mineral spring with good quality water. Dikatakan kalau mata air mineral itu dapat menghapus penderitaan semua makhluk hidup, makanya kuil ini didirikan dengan tujuan tersebut. Kalau menurut gue sendiri, temple ini sangat bagus untuk foto karena ornamen di dalamnya sangat berwarna.

Jusangjeolli Cliff


  • Alamat: 36-30, Ieodo-ro, Seogwipo-si, Jeju-do
  • Estimasi Biaya: Adult 2000 won, children & youth 1000 won
  • Jam Operasional: 09:00-18:00

Lokasi ini terletak tidak jauh dari ICC Jeju (International Convention Center) yang merupakan satu-satunya ICC di pulau Jeju. Percaya atau tidak, lokasi ini jauh lebih dingin dari pada Hallasan yang mempunyai salju. Aneh bukan? Hal ini dikarenakan angin sore yang bertiup sangat kencang sampai-sampai gue kesulitan untuk foto karena udaranya yang dingin terus membuat kamera gue jadi berkabut. Winter dan sore hari sepertinya bukan kombinasi yang tepat untuk datang ke Jusangjeolli Cliff.

Jusangjeolli Cliff yang dinobatkan menjadi UNESCO Geoparks merupakan pilar batu (tebing) yang terbentuk dari lava erupsi Hallasan yang bermuara ke laut Jungmun. Struktur tebing ini sendiri unik sekali karena ia menyerupai pilar yang bertumpuk secara vertikal. Belum lagi ditambah dengan deburan ombak yang membuat tebing ini semakin eksotis.

Tapi yang tidak bisa gue lupakan dari tempat ini bukannya yang fenomenal, tetapi odeng yang dijual di sana. Sebenarnya ada beberapa makanan lain seperti octopus bread (pancake berbentuk gurita isi mozarela), sate octopus, bahkan es krim halabong. Tapi bisa dibilang, udara dingin membuatmu membutuhkan sesuatu yang hangat. Odeng beserta kuah panasnya sangat klop untuk menghangatkan dirimu.

O’ssuloc Tea Museum + Innisfree Café


Tempat terakhir yang menjadi target wisatawan adalah café innsifree dan O’ssuloc. Kedua café ini bersebelahan dan di daerah ini terdapat kebun teh asli milik O’ssuloc. Kesan pertama begitu gue turun di tempat ini adalah gue jadi inget Bandung. Kalau kalian main ke daerah atas, kalian bakal menemukan banyak sekali kebun teh. Bedanya, O’ssuloc dan Innisfree tidak pernah sepi. Menurut supir kami, tempat ini selalu ramai meski kalian datang pagi sekalipun.

  • Alamat: 15, Sinhwayeoksa-ro, Andeok-myeon, Seogwipo-si, Pulau Jeju
  • Estimasi Biaya: Free (kalau pesan makanan atau beli oleh-oleh beda lagi biayanya)
  • Jam Operasional: 09:00-18:00

O’ssuloc Tea Museum

Begitu masuk ke dalam café aroma yang dapat kalian cium adalah wangi teh hijau yang menenangkan dan ternyata teh hijau ini menjadi salah satu ciri khas dari Pulau Jeju. O’ssuloc ini dimiliki oleh perusahaan kosmetik terbesar di Korea: AmorePacific dan telah dibangun sejak tahun 80-an. Di dalam café ini kalian dapat melihat museum yang memajang berbagai jenis cangkir teh dari berbagai negara, etalase sejarah produk O’ssuloc, kemudian masuk ke dalam area yang menjual teh hijau bungkusan yang dapat jadikan sebagai oleh-oleh. Tapi, jangan terkejut dengan harga tehnya yang cukup mahal. Kalau menurut orang sana, begitu kalian sampai di Ossuloc café, kalian tidak boleh lupa untuk mencicipi minuman teh dan kue roll dari teh hijau yang enak sekali. Sayangnya, karena antriannya super-duper panjang gue memutuskan untuk tidak membeli kudapan tersebut. Menurut beberapa orang lainnya juga di sini ada kelas belajar membuat teh, tapi gue kurang tahu cara buat attend acara tersebut.

Innisfree Café

Bersebelahan dengan Ossuloc, Innisfree juga bisa menjadi tempat kalian buat berbelanja kosmetik. Di sini juga kalian dapat mengikuti kelas membuat sabun natural. Jadi kalian akan disuguhi video sederhana dan mengikuti prosedur pembuatan sabun dalam waktu 15-30 menit. Di Innisfree café ini terkenal dengan jeju tangerine jam dan jeju tangerine tea yang bisa kalian beli sebagai oleh-oleh (tapi mahal bruhhh, jiwa miskin gue berteriak hahaha). Karena gue tidak terlalu menyukai keramaian, akhirnya gue hanya foto-foto dan melihat pemandangan sekitar.


Samseonghyeol Haemultang


Setelah seharian berkeliling ke 8 tempat wisata, alangkah baiknya jika kita mampir di tempat makan yang enak. Apakah kalian pernah mendengar live seafood hotpot? Mari gue perkenalkan pada sup seafood terbaik yang pernah gue makan. Bahkan bisa dibilang makanan ini merupakan makanan yang paling gue rindukan dari Jeju. Kalau misalkan gue kasih nilai dari satu sampai sepuluh, gue akan memberikan nilai sepuluh ditambah keempat jempol tangan dan kaki yang gue punya untuk makanan ini. TOP banget deh.

Apa itu live seafood hotpot? Jadi sebenarnya resto ini menyajikan sup seafood hanya saja bedanya seafood di sini benar-benar dimasak hidup-hidup. Isi di dalam hotpot ini ada berbagai jenis kerang (mungkin sekitar 5 jenis atau lebih), abalon, cumi dan gurita, tauge dan 1 ekor kepiting yang dibelah dua.  Begitu kalian sampai, kalian bisa memesan porsi makanannya mulai dari untuk dua sampai lima orang. Buat kalian pencinta seafood, kalian bisa memesan porsi tiga orang seperti yang gue lakukan. Percayalah, awalnya gue pikir gue maruk dengan memesan porsi tiga orang padahal makannya cuma berdua. Tapi begitu menyicipi kuah sup ini, gue bahkan tidak bisa lagi menaruh sumpit dan sendok gue hingga makanan benar-benar habis.

Gue datang sekitar pukul 17:00 dan resto ini sudah lumayan ramai. Begitu pukul 17:30 atau 18:00 (gue kurang yakin) semakin banyak orang yang datang untuk makan. Mungkin jam segitu merupakan jam makan malam. Kalau gue lihat, semua orang cuma memesan seafood hotpot ini, banyak juga yang memesan soju dan makgeolli (arak beras). Di resto ini juga banyak menu lain yang berhubungan dengan seafood tetapi yang paling terkenal memang hotpotnya. Dan teman-teman, I really recommend this hotpot. Rasa seafoodnya begitu segar tanpa rasa amis sedikit pun, kuahnya sendiri tidak terlalu asin (bahkan sepertinya tidak menggunakan MSG) dan tidak pedas meski warnanya merah seperti kimchi jiggae.

Oh ya, di sini juga kalian hanya perlu makan karena ada pegawai yang datang membantu kalian seperti memotong gurita menjadi kecil-kecil, mengeluarkan semua daging kerang dari cangkangnya, dan memotong abalone. Kalian bakal disuruh makan cumi dan guritanya duluan karena tekstur keduanya itu akan semakin alot. Selain itu juga, kalian bisa memesan nasi yang tentunya enak disantap bersama kuah hotpot. Gue tahu ini kedengarannya bikin kenyang, tapi orang Korea di sana anehnya juga memesan nasi putih meski sudah diberikan mie (seperti shin ramyun tanpa bumbunya) secara gratis. Aneh sekali ya, kenapa orang Korea itu tubuhnya langsing-langsing padahal porsi makan mereka kelewat banyak?

Selain itu gue punya saran nih… lebih baik kalian memasak mie tersebut ketika hotpot kalian sudah setengah habis. Selain agar mie tidak membengkak, kaldu seafood dapat lebih menyerap dan dijamin enak banget. Shin Ramyun? Indomie? Beuh, rasanya lewat! Kalah banget dengan kegurihan seafood yang benar-benar fresh. Untuk side dish-nya, gue hanya bisa memakan dua macam; kimchi sawi dan teri. Sejujurnya pertama kali gue makan teri itu di sini, dan gue bilang side dish teri ini ENAK BANGET YAAMPUN. Enaknya tuh kebangetan. Teksturnya seperti teri pada umumnya tapi tidak ada bau amis sedikitpun dan ukurannya pas untuk dikunyah. Kalau side dish lainnya, gue kurang suka karena cenderung pahit dan aneh rasanya. Tapi secara keseluruhan, gue sangat suka sama makanan ini. Bahkan ketika gue mengetik part ini, gue sudah menelan air liur terus.


Sebagai akhir kata, gue menutup perjalanan hari kedua ini dengan sebuah tepuk tangan. Jeju benar-benar sebagus itu, dan di sini benar-benar tenang. Gue sampai jatuh cinta dengan Jeju dan berharap bisa pindah ke sini (mimpi aja dulu kan hahaha). Selain itu, makanan di sini mayoritas gue bilang enak banget pada gue sendiri termasuk orang yang rada picky kalau soal makanan.

Kalau dari sisi kalian membaca blog ini, tempat wisata mana yang paling membuat kalian tertarik? Kalau buat gue pribadi, Hallasan masih memegang piala emas di hati gue. Dan ternyata, semua bayangan soal winter yang menyeramkan itu buyar! Bahkan kata mama, winter suit me so well.

Oh ya, mungkin beberapa dari kalian bertanya-tanya kenapa gue bisa mendapatkan 8 tempat wisata dalam 8 jam? Kuncinya itu menurut gue pengendalian waktu a.k.a time management. Kalau misalnya tempat wisatanya bagus, kalian bisa atur terlebih dahulu spare waktu lebih lama di sana biar kalian tidak gigit jari belum puas explore tempat itu. Kalau misalkan tempat wisatanya cukup kecil atau cenderung biasa, lebih baik waktu buat explore-nya lebih sedikit.

Sebenarnya, dari setiap perjalanan tidak mungkin kita bisa explore semua tempat wisata (kecuali kalian pergi ke negara itu dalam kurun waktu yang cukup lama) apalagi, gue terbiasa “kabur” liburan dalam kurun waktu 4-5 hari. Jadi, selain pengendalian waktu menurut gue kunci penting lainnya adalah rencana perjalanan a.k.a itinerary

Rencana perjalanan itu harus disesuaikan sama keinginan kalian, biar kalian sendiri puas. Misalkan seperti gue dan mama gue, kita berdua suka hal yang berbaru alam dan kurang menyukai mengunjungi mall-mall. Jadi kita akan menyusun itinerary yang alam-alam begitu. Kalau misalkan dikaitkan dengan Jeju, sebenarnya banyak sekali tempat wisata lain yang sejalur dan terkenal. Untuk tahu tempat wisata apa saja yang bagus, kalian bisa melihat lewat instagram dengan hastag #Jeju atau mencari melalui Google tempat wisata rekomendasi khas Jeju. Tentunya, kalian harus membuat rencana perjalanan yang sejalur.

Jadi misalkan dari tempat wisata A ke B butuh waktu 1 jam, tapi kalau ke tempat wisata C dari tempat wisata A cuma butuh 15 menit. Sehingga susunan rencana perjalanan kamu itu bisa dari A ke C baru ke B. Kalau misalkan tipe kalian tipe tour, kalian bisa ikutin rencana perjalanan mereka. Tapi kalau misalkan tipe kalian yang seperti gue dan mama gue, kalian harus rajin searching-searching dan searching!

Jadi segitu aja penutup dari gue, semoga aja dengan chapter ini kalian bisa mendapatkan ilmu dan ikut jalan-jalan online. Ciao, fellas!

Jangan lupa untuk membaca part pertama dari Jeju dan ditunggu part ketiga dari Jeju ini ya…

Voyage to Jeju City Yuhu! – Day 1 (18 Jan ’20)

Siapa yang tidak tertarik dengan negeri para oppa ini? Apa lagi kalau kalian orang yang doyan nonton drama Korea pasti sudah sering tergiur dengan street food dan makanan Korea. Kebetulan, perjalanan kali ini membawa Fiony menuju Jeju.

Winter dan Jeju sebuah kombinasi paling mantap yang pernah gue rasakan. Pertama kali yang terlintas di benak gue ketika mama bilang kita ke Jeju pas winter adalah gue menggigil kedinginan bahkan pilek soalnya, Bandung saja sering kali tidak bersahabat dengan gue.

Patung Penjaga Jeju “Dol Hareubang” sejak 1754

Pulau Jeju merupakan pulau terbesar di Korea Selatan. Beruntungnya, kalian tidak memerlukan visa untuk datang ke Jeju (Update: Semenjak akhir Januari 2020, pemerintahan Korea sudah menerapkan visa untuk masuk ke Jeju dikarenakan virus Corona yang merajalela) dan kali ini, Fiony mencoba satu (1) musim baru yaitu Winter. Perjalanan kali ini berlangsung selama empat (4) hari dengan transit melalui Kuala Lumpur terlebih dahulu.

Penerbangan dari Kuala Lumpur ke Jeju berlangsung selama enam jam! Percayalah, lebih baik kalian tidur dan makan di dalam pesawat. Jeju berbeda dua jam dari Indonesia. Jadi, misalkan di Jakarta pukul 13.00 di Jeju sudah pukul 15:00. Perkiraan suhu berdasarkan apps Windy sekitar 7 derajat celcius, tidak sedingin di Busan atau Seoul yang sudah mencapai minus! Akan tetapi, udara kencang di Jeju sering kali membuat gue nyaris membeku. Di Jeju sendiri matahari terbit pukul 07.30 dan matahari terbenam pukul 18.00, rata-rata toko tutup pukul 21:00.

JEJU STAZ ROBERO


Hotel Jeju ini berada di seberang Mokgwana Jeju (former goverment office) dan kurang lebih 15 menit dari Jeju International Airport menggunakan taxi (sekitar 2 km). Bisa dibilang, hotel ini oke banget untuk kalian yang pengin menjelajahi Jeju City. Dari depan hotel pun kalian bisa langsung masuk ke dalam Jungang Underground Shopping Center, dan menembus ke berbagai area salah satunya Dongmun Market. Apalagi di cuaca dingin seperti ini, menurut gue masuk ke Jungang dengan mudah merupakan keunggulan tersendiri. Kalian tidak perlu menerjang angin dan kedinginan untuk mengexplore Jeju dengan mudah.

Untuk kamarnya sendiri menurut gue sangat bersih karena setiap hari ada layanan pembersihan kamar. Hanya saja di kamar mandi nggak ada semprotan air sehingga cukup susah buat orang-orang Indonesia macam kita yang kalau pup harus melakukan “ritual” pembersihan khusus.

Hotel Staz Robero: https://www.traveloka.com/id-id/hotel/south-korea/staz-hotel-jeju-robero-1000000530002

JEJU MOKGWANA


  • Jam Operasional: 09:00-18:00
  • Alamat: 13 Gwandeong-ro 7(chil)-gil, Samdo 2(i)-dong, Jeju-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Harga Masuk: Adult (1500 won), Youth (800 won), Child (400 won)
  • Cara ke tempat ini: kalau gue cukup dengan menyebrang tempat ini, kalau kalian naik bus bisa naik nomer 200, 300, 500 (turun di terminal Gwandeokjeong (Mokgwana))

Jungang Underground Shopping Mall


Kalau dari depan Mokgwana, kalian bisa langsung melihat pintu masuk Jungang Shopping Mall. Shopping mall ini berada di bawah tanah (basement) dan menurut gue sangat amat menarik untuk dilewati. Di sini banyak sekali yang jualan baju (tapi masih mahal kalau kalian konversi ke IDR), sepatu, maupun skincare. Pokoknya, di bawah sini bisa jadi menjadi surga bagi kalian pengguna skincare Korea. Banyak sekali diskonan di sini contohnya enam handcream Tony Moly harganya 10.000 won, beli sheetmask 10 gratis 10, atau Nature Republic 3 jar dengan harga 13.200 won (sekitar 55 ribu rupiah per jar).

Tempat ini merupakan tempat yang layak dikunjungi bagi kalian yang mau memberikan oleh-oleh berupa skincare untuk teman dekat atau kerabat. Di sini banyak toko seperti Innisfree, Etude House, Tony Moly, Nature Republic dan lainnya. Tapi, kalau gue hitung harga Inisfree di sana beda tipis banget ya sama di Indonesia, jadinya gue nggak mampir-mampir ke sini hahaha.

Note untuk kalian:

  • Exit 2: Dongmun Market gate 4 (tepat di sebelahnya ada Daiso)
  • Exit 3: Chilsungro Shopping Center
  • Exit 5: Tapdong Square (ada Starbuck beberapa meter dari sana)
  • Exit 8: Jungangro Shopping Center
  • Exit 11: Jeju Mokgwana
  • Exit 12: Staz Robero Hotel

Oh iya, gue baru tahu juga ternyata ketika tokonya udah tutup pun kita bisa lewat jungang ini. Meski kadang penghangatnya sudah dimatikan, setidaknya kalian tidak ketiup angin gitu kedinginan. Gue pernah lewat Jungang jam 7 pagi sebelum dia buka dan setelah jam 9 setelah toko pada tutup.

Dongmun Market


Bisa dibilang Dongmun Market adalah lokasi yang paling gue kangenin di area Jeju City. Kalian wajib wajib wajib banget untuk mampir ke Dongmun Market lebih dari satu kali. Dongmun Market bisa dibilang sebagai “pasar” bagi orang Jeju. Di dalam sini kalian bisa lihat orang berjualan mulai dari sayur, ikan, daging, buah, oleh-oleh sampai street food.

Tara, kalian bisa slide untuk ikut jalan-jalan online Dongmun Market:

Sebenarnya, kunci untuk tahu makanan yang enak di Dongmun itu dengan cara menjelajahinya. Di sini ada banyak sekali makanan yang bisa kalian coba. Kalau kalian tertarik juga, kalian bisa makan makanan mentah kayak gurita yang dipotong hidup-hidup, sea cucumber, sea snail atau abalone. Kalau kalian ada di Jeju, jangan pernah lupa membeli jeruk halabong dan tangerine mereka karena jeruk mereka itu benar-benar manis ditambah lagi tanpa biji satu pun. Segar banget! Oh ya, fun fact-nya adalah jeruk khas Jeju ini justru panen di musim dingin loh.

Harga jeruk di sana pun bervariasi. Mulai dari 3000 won kalian sudah bisa menikmati jeruk manis ini loh. Dan sedikit saran dari gue, kalau kalian mau beli oleh-oleh lebih baik kalian explore dulu Dongmun. Jangan sampai kalian mengalami kejadian serupa seperti gue yang mendapatkan cokelat khas Jeju 10 box seharga 10.000 won (padahal dengan harga serupa kalian bisa dapat 15 box). Rasanya ulu hati (serta dompet) ini sakit sekali hahaha. Di Dongmun Market ini banyak banget pintu masuk dan pintu keluarnya. Tapi, ini ada sedikit guide pintu bagi kalian ya:

  • Gate 4: sayur, buah + oleh-oleh
  • Gate 8: street food gerobak
  • Gate 1: Hotteok
  • Gate 2: sayur, ikan, daging

Gue hanya mengingat sedikit gatenya saja, tapi kalau kalian masuk dari gate manapun sebenarnya bisa “nembus” kok. Yang perlu kalian lakukan adalah jalan menyusuri gang-gang, dan mereka punya papan direksional di bagian atas untuk memberitahu arah menuju tiap gate.

Dari gate 2, gue kebetulan menemukan sebuah restoran untuk makan ikan makarel di sebelah kiri tidak jauh dari gate. Kalau ada orang yang menawarkan kalian untuk beli ikan, tanya aja ke orangnya kalau mau makan di tempat bagaimana. Nanti dia bakal menunjukkan pintu masuknya

Gue udah penasaran banget sama marinated crab dari lama dan puncaknya itu pas drama “When The Camellia Blooms“. Akhirnya, di sini ada dong! Saat pertama kali mencoba, gue akhirnya mengerti mengapa kepiting di sana bisa di-marinated. Jadi kepiting di sana itu cangkangnya tidak keras seperti kepiting lokal kita. Rasa marinated crab-nya jelas asin sekali, tapi sangat cocok bersanding dengan bubur abalone yang disajikan sedikit hambar.

Selain itu, rasa ikan makarelnya top banget! Kalian wajib banget makan ikan di Jeju karena di sini ikannya benar-benar segar dan bahkan daging ikannya terasa manis dan tidak ada rasa amis sedikit pun. Jadi cuma di-grill aja udah kerasa manis dan enak banget. Untuk rasa bubur abalonenya sebenarnya tidak terlalu spesial, tapi kalian harus cobain setidaknya satu kali karena Jeonbokjuk ini merupakan bubur khas dari Jeju. Dari satu sampai sepuluh, kuberikan nilai sembilan untuk makanan ini. Ya ampun, saat mengetik ini saja gue udah merindukan makanan Jeju.

  • Jam Operasional: 08:00-21:00
  • Alamat: 20 Gwandeong-ro 14(sipsa)-gil, Idoil-dong, Cheju, Jeju-do, Korea Selatan
  • Cara ke tempat ini: masuk lewat jungang dan keluar di exit 2

DOMBEDON (NON HALAL)


Kalian pasti pernah dengar makanan khas Jeju yang namanya Black Pork. Nah, sekarang ini kita sedang mencoba makanan non halal yang selalu dibilang surgawi sama para youtuber atau artis Korea. Dan kebetulan dari Dongmun Market kalian bisa jalan kaki ke tempat ini (atau mungkin naik taxi kalau kalian malas jalan). Jadi, di sana black pork itu berada di satu area gitu dimana di kanan kiri sepanjang jalan itu isinya restoran black pork.

Kimchinya pedas, tapi begitu ikut dipanggang rasanya jadi enak dan tidak pedas lagi. Aneh bin ajaib

Jadi di resto Jeju, kamu harus pesan dua porsi untuk dua orang. Kalau misalnya kamu mau bagi dua sama teman atau keluarga kamu ya, tidak bisa. Ini aja gue pesan porsi dua orang, tapi sampai tidak habis makanannya. Porsi orang Korea entah kenapa besar sekali. Padahal gue biasanya doyan makan dan porsi makan gue juga bukan porsi kucing. Tapi, di Korea, makanan gue sering kali tidak habis.

Cara panggangnya juga sama seperti resto-resto BBQ di Indonesia. Nanti setelah dipanggang kalian bisa bungkus pakai daun selada. Tapi di sana ada satu jenis daun lagi namanya Perilla. Gue nggak suka banget sama jenis daun yang satu ini soalnya rasanya agak mint-mint gitu dan manis. Tekstur daunnya kayak ada sedikit bulu-bulu gitu. Pokoknya aneh banget lah hahaha.

Sedangkan dagingnya sendiri, gue merasa rasanya oke. Kalau dinilai dari dagingnya aja tanpa dibungkus daun, samchan lemaknya tidak eneg kayak daging di Indonesia ya. Lembut banget fix. Bahkan tidak ada bau-bau khas babi gitu. Dagingnya chewy dan enak menurut gue. Tapi, i’m not a fan of pork jadi gue kurang merindukan makanan ini. Jadi, ya kayak buat sekadar mencoba dan gue tidak berpikir ingin makan ini lagi (kalau misalnya dikasih kesempatan balik ke Jeju). Tapi buat kalian yang doyan daging babi, ini jelas makanan yang bisa memuaskan kalian.

Dari semua resto gue makan, Dombedon memberikan side dish terbanyak. Mereka tidak pelit memuaskan pelanggan mereka. Foto di atas merupakan side dish yang kami terima dan gue menyukai kimchi jjigae dan telur kukus mereka. Ada juga kimchi, tauge, rumput laut dan fish cake yang diberi bumbu manis. Gue sendiri tidak mengenal nama side dish satu per satu, tapi semuanya enak banget banget, kecuali bagian daun bawang dan yang berwarna pink (sepertinya lobak).

Kalau side dish kalian habis, angkat aja tangan kalian dan bilang ke orangnya sambil menunjuk mangkuk kosong kalian: “igo jusseyo” yang artinya tolong yang ini lagi. Hahaha, act like a local. Dan kalian bisa pesan nasi goreng yang menurut orang enak banget. Tapi, sayang sekali nasi goreng ini menggunakan perilla leaf, jadi gue tidak bisa makan. Gue cuma mencoba 2-3 suap dan akhirnya menyerah. Uniknya, karena nasi ini di”oseng” di tempat kita bakar daging, wangi dari daging dan kimchi terasa masuk ke dalam nasi dan ada kerak nasi yang membuat tekstur nasi goreng ini lain dari yang biasanya.

Source: Mytravelbuzzq
  • Jam Operasional: 11:00-00:00
  • Alamat: 25 Gwandeong-ro 15(sibo)-gil, Geonip-dong, Jeju-si, Jeju-do, Korea Selatan
  • Harga makanan: 2 porsi daging + nasi goreng 49.000 won

Jadi…. segitu dulu diary gue untuk hari pertama di Jeju City. Jangan lewatkan juga day 2 dengan itinerary yang padatnya naujubilah. Ciao, fellas.