“Cuyy, udah jam 4.30 ayo kita bangun.”
Gue masih ingat gimana suara Bella menyuruh kita bangun. Awalnya, sebelum pergi bareng mereka jujur aja gue was-was ngaret. Gue orangnya paling suka on time, kalau ngaret rasanya tuh kurang afdol. Berhubung kita pergi berempat, gue udah bilang dulu sama mereka gimana caranya biar kita gak ngaret di sana. Intinya, kalau kalian punya travel mate, lebih baik bicarain dulu yang kalian suka dan tidak suka biar selama perjalanan gak ada yang sakit hati atau marah apalagi sampai merusak mood kalian jalan-jalan.
Yang paling pertama giliran mandi itu Joan, karena persiapan pasca mandi dia agak banyak. Dan setelahnya kita bergantian mandi (penyusunan berdasarkan kebutuhan waktu mandi hahaha, kalau misalkan bisa mandi 5-10 menit ditaruhnya paling terakhir). Nah pas Joan mandi, Gue dan Bella langsung bangun buat bikin sarapan. Sedangkan Nova masih goleran (re: berbaring) di kasur. Fyi, semalam kita itu ke mini market di lobby untuk membeli beberapa makanan lain karena takut gak akan kenyang kalau makan dimsum aja. Akhirnya, kita membeli telur dan mie goreng. Nah, untuk jatah hari ini, kita memasak mie goreng dan memanaskan dimsum.

Tunggu, kenapa kita bangun pagi banget? Apalagi jam 4.30 di sana berarti jam 3 subuh di Indonesia. Jadi, sebenarnya alasan pertama takut kita ngaret hehehe, alasan kedua karena kita mau mengejar pembelian tiket bus ke Genting soalnya kata mama gue loketnya udah buka dari jam 7, dan biasanya sudah banyak orang yang mengantri. Daripada kita kebagian tiket siang dan gak keburu explore Genting, akhirnya kita datang lebih pagi.
Langit masih gelap ketika kita berempat keluar (jam 6.30) dari apartemen menuju loket bis yang ada di basement KL Sentral. Dan ternyata… zonk! Loketnya baru buka jam 8 pagi. Akhirnya begitu sampai di sana, kita berempat kayak orang bego duduk nungguin loketnya buka. Kayaknya kita ada duduk gak jelas selama 30-40 menit, mulai ngantuk karena bangun kepagian. Lucunya, kita gak kepikiran untuk mengganti itinerary sampai akhirnya Nova dengan cerdas bilang, “Kenapa kita gak ke Batu Cave aja? Daripada kayak orang bego duduk di sini.”
“Bener juga woy, kok tumben pinter.” Gue masih inget gimana Bella tertawa dengan semangat menyadari kita berempat bego banget cuma duduk buat nungguin loket buka. Meski itinerary kita berbeda, akhirnya jadwal itinerary H3 jadi dipindah ke H2.
Nah, sebenarnya sayang banget sih kita berangkat ke batu cave dari KL Sentral karena memakan waktu 45 menit sedangkan dari apartemen kita itu lebih bentar (harga KTM dari KL Sentral ke Putra: 2.6 RM). Apalagi, waktu itu ada perbaikan KTM sehingga kereta kita berhenti sekitar 20-30 menit. Begitu duduk di kereta, gue udah langsung merem mata karena ngantuk, seinget gue ketiga teman gue melakukan hal yang sama hahaha. Tapi biasanya Joan dan Bella gak tidur selama perjalanan sih. Mereka malah bilang kalau di bus atau kendaraan gitu gak bisa tidur. Lah kalau gue? Sudah dijamin nempel dan ngorok hahaha.
BATU CAVE

Sesampainya di KTM Putra, kalian wajib banget buat langsung ke toilet ya! Karena di dalam Batu Cave sendiri tuh gak ada toilet (atau mungkin ada tapi guenya gak tahu). Dan kita sampai di Batu Cave sekitar pukul 8.30. Sebenarnya ini udah terhitung siang karena semestinya kita udah sampai di sini begitu matahari baru benar-benar terbit, jadi masih sepi dan gak banyak orang. Semakin banyak orang, kalian bakal semakin sulit buat mendapatkan foto yang bagus. Apalagi, semakin siang udara semakin panas. Tanpa udara panas pun kalian pasti ngos-ngosan menaiki ratusan anak tangga mereka untuk menuju puncak.
Tujuan utama Batu Cave dicat ulang supaya semakin banyak orang tertarik datang, dan bahkan kalau kita udah datang jadi kepengin datang lagi. Kalau kalian datang ke sini, pakailah pakaian yang sopan (jangan pendek di bawah lutut) karena ini tempat ibadah, dan kalau pakaian kalian pendek, kalian disuruh beli kain yang mahal. Jujur aja, gue juga kepingin balik lagi ke sini setelah melihat foto para travel blogger.
Di bagian halaman sebelum tangga yang sering kita lihat di feeds instagram, kalian bakal melihat banyak sekali burung merpati. Di sisi kanan kiri jalan pun banyak orang India yang berjualan bunga, dupa dan peralatan sembahyang lainnya. Jadi sebenarnya Batu Cave ini merupakan kuil doa yang dibangun di dalam goa. Kalau misalkan kalian mau foto-foto aesthetic lari dikelilingi burung terbang, lebih baik kalian beli pakan burung di dekat sini hehehe karena burungnya nempel banget sama yang pegang makanan. Beware! Kalau kalian tidak hati-hati, kalian bisa dipup sama burung dan jangan kaget kalau di halaman Batu Cave ini bau kotoran burung.
Selanjutnya yang harus kalian perhatikan adalah monyet. Mulai dari halaman, tangga hingga ke dalam goa kalian pasti menemukan banyak monyet berkeliaran. Dan monyet-monyet ini tergolong liar menurut gue. Usahakan semua makanan kalian itu masuk tas, jangan ada yang dipegang. Kalau kalian megang makanan, monyet itu bakal menghampiri dan menyambar makanan kalian. Meskipun makanan kalian di dalam kantong plastik ya. Nah, pinternya, monyet-monyet ini gak akan menghampiri kalian kalau menenteng botol air minum. Mungkin udah bosan kali ya hahah.
Yang menurut gue paling berguna selama di Batu Cave adalah kipas angin mini. Sebenarnya, gue udah merencanakan ini dari jauh-jauh hari karena mengingat Kuala Lumpur itu panas. Mendaki ratusan anak tangga selain capek, kalian bakal keringatan, panas dan lengket. Kipas angin betul-betul menjadi penyelamat sih! Selama kita mendaki ratusan anak tangga (ada 272 buah), gue ditemani dengan Nova. Bisa dibilang kita lebih menikmati perjalanan pendakian sambil foto-foto yang banyak hahaha. Kalau Joan sama Bella udah ngibrit duluan ke atas karena gak kuat sama bau-bau yang ada di Batu Cave.
Oh ya, kalau kalian niat dan bawa kamera, kalian bisa foto dari bawah halaman, sehingga dapat si anak tangga Batu Cave dari kejauhan. Ini susah banget sih, harus pro dan harus janjian sama temen buat difotoin. Banyak banget bule di sini yang bawa tripod dan kamera buat difoto dari bawah. Berhubung di Batu Cave selalu ramai, gue sarankan kalian belajar ilmu thanos di Adobe Fix. Itu lebih baik ketimbang kalian menunggu keramaian pudar (karena jujur aja, Batu Cave selalu ramai)
Sesampainya di puncak, kalian bisa menemukan beberapa kuil kecil tempat orang Hindu beribadah. Kalau kalian beruntung pun kalian bisa melihat prosesi penyerahan anak dimana kedua orangtua mengangkat tandu berisi anak mereka dari bawah halaman, menaiki tangga hingga ke puncak. Mungkin ini yang melambangkan pengorbanan orangtua ya. Membayangkannya aja gue udah gak mau. Menaiki tangganya aja capek, apalagi jarak antar anak tangganya tuh gak lebar. Kalau kalian gak hati-hati kalian bisa jatuh loh.
Sebenarnya Bella dan Joan nggak pengin naik sampai ke puncak, soalnya gak ada apa-apa. Cuma gue bilang ke mereka, kapan lagi kita naik ke puncak? Kapan lagi kita ke KL? Mumpung kita di sini, udah semua dihajar aja biar jadi memori. Toh buktinya kita sekarang ketawa-ketawa inget betapa capeknya ke puncak Batu Cave. Jam 9.45 kita udah turun lagi dari puncak dan memesan grab buat ke daerah Petaling untuk makan (karena di sana itu Chinatown KL) harga 20 ringgit alias 70 ribu rupiah, tapi berhubung ongkos kita bagi empat jatuhnya lebih murah ketimbang naik KTM apalagi kita harus berjalan dan pindah lane.
CHINATOWN KL (Jalan Petaling)
Sebelum kalian mengexplore jalan Petaling, ada baiknya kalau kalian mampir sejenak di Kwai Chai Hong. Bisa dibilang tempat ini baru dibuka dan masih menjadi buruan para traveller. Tempat ini mudah banget dijangkau. Kalau misalkan kalian turun di depan gerbang Jalan Petaling, kalian sisa mengetikkan “Kwai Chai Hong” di google maps kalian. Jaraknya cuma 200-300 meter. Oh ya, saat perjalanan menuju Kwai Chai Hong kalian akan melewati Hokow Hainan Kopitiam yang entah kenapa ramai banget. Bahkan orang sampai mengantri di luar toko. Setelah pulang, gue mencari informasi tentang kedai makan ini sudah ada sejak 1956 dan banyak review bilang di sini makanannya enak (hidden gem di Petaling) yang menyajikan makanan pagi klasik seperti telur rebus, kaya toast, dimsum dan hainan coffee. Banyak sumber juga yang bilang dari jam 6 pagi aja antriannya udah panjang. Wah… gue jadi mau ke sini (kalau dikasih kesempatan balik lagi ke KL hehe)

Dengan vibes seperti George Town Penang, kalian bisa menemukan banyak mural di tembok kawasan Kwai Chai Hong. Sebenarnya, kawasannya sempit dan kalian cukup spare waktu di sini sekitar 30 menit paling lama. Mural yang terkenal di sini adalah mural Kungfu Hustle Stephen Chow. Harga masuknya gratis, yang penting kalian pintar mengambil angle untuk berfoto.
Nah, di sini juga kalian bakal ketemu sama Xin Fu Tang. Buat kalian yang baca, kalian gak salah baca kok. Kenapa gue malah masukin XFT yang notabenenya ada di Indonesia ke cerita KL ini? Jadi… yang berbeda, XFT di sini punya es krim boba! Wahhh… ini gak ada di Indonesia kan? Akhirnya, gue dan Bella (yang pencinta boba) tergiur beli es krim XFT yang harganya cukup mahal.
Satu cup es seharga 12.5 RM alias sekitar 45 ribu dalam kurs rupiah. Gue di Indonesia makan Mcflurry yang harganya 12-15 ribu aja bilang mahal, apalagi ini. Tapi, kapan lagi kita coba kan? Nah di XFT ini ada 2 jenis es krim, yang pertama Strawberry Dream dan Fresh Milk with Brown Sugar Boba. Berhubung KL panas dan kita di sana jam 11 siang, es krim merupakan salah satu hal surgawi yang paling nikmat. Kalian juga bisa naik ke atas dan duduk santai karena konsep tempat duduknya sangat artsy dan minimalis (plus ada AC! HAHAH). Rasa es krimnya sebenarnya B aja, tidak seenak yang dibayangkan oleh gue. Rasanya sama persis seperti Brown Sugar Boba Milk dan Strawberry Boba Milk. Tapi menurut gue worth it karena begitu gue tuang ke gelas, takarannya sama seperti XFT pada umumnya. Sayangnya es krim XFT ini cepat lumer, sehingga kalian harus cepat memakannya (atau menuangkannya seperti gue).
Btw, sekilas info… abang XFTnya ngomong ke kita pakai bahasa mandarin hahahha sepertinya karena kita matanya sipit jadi keliatan kayak orang Chinesse.

Next Petaling Street! Kalian bisa menemukan banyak yang berjualan tas dan oleh-oleh. Konsepnya mirip dengan Pasar Baru di Jakarta. Tapi di sini kalian bisa menemukan beberapa makanan yang legendaris. Seperti:
- Susu Kacang (Kim Soya Bean
SSusu kacang ini enak banget dari 1 sampai 10 gue bakal kasih susu kacang ini nilai 9.5 karena dia gak terlalu manis dan terasa banget asli dari kacang kedelai. Kim Soya Bean ini sudah lama berjualan, kalau dari gerbang kalian sisa berjalan lurus doang dan pasti ketemu tempat ini. Menu yang ditawarkan ada susu kacang (dalam ukuran gelas kecil atau botol), susu kacang ditambah cincau, dan kembang tahu/ taufu fa. Ketiga temen gue pun setuju susu kacang ini enak. Penilaian mereka pun di angka 8 sampai 9. Jadi, gue sarankan kalian harus beli ini (meskipun udah kenyang sekalipun! Haha)
- Hong Kee Claypot (non halal)
Kita berempat ngeliat ini pertama di IG terus di Youtube rekomendasi makanan di jalan Petaling. Pas nyampe, kita malah zonk karena ternyata mereka baru buka jam 6 sore (sedangkan waktu itu baru jam 12 siang). Konsep mereka itu sebenarnya kayak nasi yang dibakar di atas mangkuk tanah liat dan di atasnya ada potongan-potongan daging babi. Menurut orang ini enak banget, apalagi pas makan kerak nasinya yang wangi. Mungkin kalian bisa mencoba dan kasih gue reviewnya hahaha
- To Tang City Foodcourt
Seperti foodcourt pada umumnya, kalian bisa memilih banyak jenis makanan di sini, tapi lebih pada jenis makanan Chinese. Jujur aja di sini sepertinya lebih banyak makanan tidak halal (gue bahkan ragu apakah di sini ada yang halal). Nah, kalau kalian bisa makan babi, di sini ada rekomendasi ala gue yaitu Seaweed Steam Pork dari kedai Hongkong Dimsum Porridge (letaknya di dekat pintu masuk). Rasanya masih sama seperti waktu pertama kali gue makan tiga tahun lalu. Semenjak pertama kali makan, gue udah bercita-cita untuk balik lagi ke sini makan. Kalau Nova kebetulan membeli bubur di tempat yang sama seperti gue, Bella dan Joan membeli wantan mee.
CENTRAL MARKET

Perjalanan kita masih berlanjut menuju Central Market. Jadi semisalnya kalian ke Petaling, kalian juga bisa jalan ke sini sekalian karena mereka lokasinya berdekatan (bersebelahan). Di Central Market, biasanya orang membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang seperti snack, kaos bertuliskan I LOVE KL, gantungan kunci, tempelan kulkas dan lainnya. Kalau dulu, gue kesini buat membeli snack-snack ala KL. Seperti mie curry penang, milo cube, dan lainnya. Tapi, pas kemarin ke sini lagi, harganya jauh mahal banget. Saran gue, lebih baik kalian membeli di supermarket ketimbang belanja di sini. Satu-satunya hal yang gue rasa sangat worth it di sini adalah Eureka yang pernah gue bahas di part sebelumnya.
Kejadian yang paling ngakak di Central Market adalah ada dua orang anggota geng kita yang kebelet pup. Lucunya sambil memegang perut, dia udah lari-lari nyari WC. Apalagi WC di Central Market itu bayar, udah bayar juga gak ada air buat cebok. Karena kepepet, ya udah hajar aja. Untungnya kita bawa tisu basah karena mau jaga kebersihan selama Corona.
Bisa tebak siapa yang nanam saham di Central Market? HAHAHA
DATARAN MERDEKA
Sebenarnya itinerary hari ini berdekatan dan sejalur jadi gue bisa bilang kalian bisa banget ngikutin itinerary gue (khusus H2) ini. Sebagai peringatan, H2 ini kebanyakan jalan kaki. Bisa dibilang juga di antara 4 hari kita di sana, H2 merupakan hari paling menguras energi sekaligus seru. Selama berjalan, kita banyak banget ngobrol satu sama lain. Bahkan bercanda satu sama lain contohnya ngetawain Bella yang udah kayak vampir di tengah siang bolong menutup diri dengan syal rapat-rapat, mengeluh kaki sakit tapi tetap aja jalan.
Nah di Dataran Merdeka ini sebenarnya satu kawasan dimana kalian bisa mengexplore:
- River of Life
River of Life merupakan tempat pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak, pemandangan ini dihiasi Masjid Jamek yang terlihat mini di bagian tengah. Dari sini masjid Jamek kelihatan kecil sampai gue berpikir emangnya orang bakal muat beribadah di sana? Ternyata, itu efek kalau dipandang dari kejauhan. Bisa dibilang daerah River of Life ini seperti taman yang asri. Di sisi sungai terdapat jalan pedestrian yang bersih dan rapi.
Nah kedua sungai ini dulunya berlumpur sehingga diberi nama “Kuala Lumpur” yang menjadi nama ibukota Malaysia ini. Proyek pembangunan River of Life dikatakan untuk mengajarkan masyarakat bahwa kita harus menjaga ciptaan Tuhan dan menggunakannya untuk kebaikan, makanya sungai ini jadi bersih (meski airnya gak jernih) dan tidak ada satu sampah pun. Mulia banget ya.
- Sultan Abdul Samad Building
Selama menyusuri pedestrian di sisi River of Life, gue ditemani Joan. Bella sama Nova udah ngacir duluan buat nyari tempat berteduh karena emang waktu itu kita jalan sekitar jam 3 sore, tapi panasnya udah kayak di bawah matahari pas jam 12 siang. Gue dan Joan emang orangnya suka foto-foto gedung dan pemandangan. Menurut kita kawasan sini banyak yang bisa difoto dan keliatan aesthetic.
Sultan Abdul Samad ini berada di sebelah kiri River of Life. Kalian bisa melihat sisi depan gedung ini tepat pas seberang dataran merdeka (yang ada jalan rayanya) dan sekarang, kita melihat dahulu sisi dalamnya. Bangunan bersejarah ini dibangun sejak 1893 dimana Sultan Abdul Samad yang waktu itu memerintah Selangor setuju memindahkan ibukota ke Kuala Lumpur. Gedung ini digunakan sebagai perkantoran pemerintah kolonial Britania Raya.
Di kawasan ini kalian bisa melihat banyak tempat duduk dan pepohonan. Dibilang jadi adem, juga nggak sih soalnya emang KL itu panas banget (engap gitu mirip Jakarta). Bangunannya juga ala ala bangunan Barat. Yang bikin unik di sini ada menara jam berwarna krem yang diatasnya ada kubah
- Masjid Jamek
Dari Sultan Abdul Samad Building kalian akan menyebrangi semacam jembatan gitu untuk melihat Masjid Jamek. Kali ini, gue akan bersama dengan Novani yang pengin ngelihat masjidnya. Kalau Joan bilang dia gak tertarik melihat Masjid Jamek (karena gak ada apa-apa juga), sedangkan Bella sudah masuk kategori badmood karena gak betah kepanasan, dia kebanyakan diem berteduh nungguin kita bertiga explore. Wkwk, maaf ya Bel.
Sebenarnya kita juga bingung pintu masuknya di mana, ternyata Masjid Jamek hari itu lagi ada perbaikan jadi tutup. Kalau gue lihat review travel blogger lainnya, kalian bisa masuk ke dalam loh terus mereka bakal kasih jubah merah supaya kalian lebih sopan memasuki kawasan suci ini. Menurut gue masjid Jamek ini menarik karena dia ini dikatakan sebagai masjid tertua di KL sekaligus telah dinyatakan secara resmi jadi Masjid Nasional.
- Dataran Merdeka (Royal Selangor Club)
Kalau kalian udah melihat Sultan Abdul Samad Building, ini tuh terletak di seberangnya. Di daerah ini kalian bakal melihat padang rumput hijau, pilar-pilar yang bertuliskan “Dataran Merdeka” dan Royal Selangor Club ini. Sebenarnya, menurut gue nggak banyak orang yang tahu nama bangunan ala Eropa ini. Kebanyakan orang cuma bilang ini Dataran Merdeka soalnya ada pilar yang udah gue sebutkan tadi.
Royal Selangor Club ini juga disebut sebagai Kelab Diraja Selangor, yang dekat sama National History Museum dan dibangun pada 1884. Bangunan ini sampai sekarang dipakai sebagai tempat eksklusif anggota khusus kelab yang isinya fasilitas olahraga dan lainnya, kalau dulu bangunan ini menjadi gedung pertunjukkan.
Buat foto-foto oke lah di sini, bahkan menurut gue tempat ini bagus jadi latar foto dan entah kenapa dia justru lebih adem ketimbang sisi belakang Sultan Abdul Samad Building yang lebih banyak pepohonan. Mungkin karena di sini ada air-air mancur (apa hubungannya ya? Ahhah)
- KL Gallery
Kalau dari Royal Selangor, kalian sisa lurus doang sampai ngeliatin tulisan I (tanda) Love KL segede gaban. Nah, biasanya orang seneng banget foto di sini sebagai simbol mereka udah “sah” dateng ke KL (selain foto di twin tower juga ya hahha). Biasanya, di sini ngantri panjang kalau mau foto. Untungnya pas kita dateng antriannya nggak panjang sih jadi bisa foto buat kenang-kenangan.
KL Galery ini isinya kayak museum yang menceritakan tentang KL. Berhubung bayarnya lumayan, kita gak masuk ke dalam buat explore. Kita cuma berdiri di depan pintu buat ngadem WKWKK sumpah ya itu enak banget ACnya. Kenikmatan surgawi ketika ketek basah kita mengering secara instan hahhaha canda. Begitu masuk, kita berempat langsung lega gitu hahah. Kalau dulu, gue pernah masuk ke dalam KL Galery, isinya sih kayak penjelasan tentang KL, terus kayak galeri foto, miniatur KL dan lainnya. Bisa dibilang gak terlalu worth it kalau kalian nggak suka sejarah. Kalau kalian suka sama sejarah suatu negara, dijamin kalian senang masuk sini (apalagi dingin HAHAH)
Overall, dataran merdeka menurut gue sebagai kawasan sejarah yang unik. Banyak juga plang-plang penjelasan yang bisa kalian baca, apalagi tempat ini terawat dengan baik. Jujur aja kalau kalian mau datang ke sini wajib banget bawa payung, minimal topi deh karena panasnya kebangetan apalagi kalau kalian udah belanja banyak di Central Market, jadinya “siksaannya” double. Kalau mau lebih bagus lagi pas foto pakailah kacamata hitam soalnya selain panas di sini terik banget sampai kalian mengerinyit terus (bahkan gue sampai keluar air mata saking panasnya). Perkiraannya untuk muter di daerah Dataran Merdeka ini kurang lebih 1 jam, tergantung kalian mau berapa lama foto dan explore. Nah, dari sini kita masih mau ke satu tempat terakhir hehe.
LINC KL
Kita berangkat ke LINC KL dari KL Galery menggunakan Grab yang seharga 9 RM (sekitar 30 ribu rupiah) tapi berhubung dibagi 4 jatuhnya seorang bayar 2.25 RM aka 8 ribuan. LINC KL ini merupakan mall baru yang ada di KL. Pertama kali kita tertarik ke sini gara-gara feed instagram orang:

Akhirnya, sekalian deh cobain mumpung udah sampai KL kan ya. Siapa tahu bisa foto-foto cantik juga. Sebenarnya, ini itinerary yang gue selipkan hahaha mereka ngikut aja soalnya gue tertarik buat ke sini. Sesampainya kita di sini, kita berempat muter-muter buat nyari pintu masuk. Si driver Grab menurunkan kita di dekat parkiran gedung mall. Mungkin karena ini mall baru juga, jadi masih belum jelas juga petunjuknya. Kita udah sampai nanya ke orang, tapi gak dijawab. Kita juga sempet ngikutin orang yang mau masuk, eh ternyata dia sama kayak kita yang berjuang nyari pintu masuk wkkwk. Pokoknya kayak labirin banget deh nyari pintu masuknya. Pusing.
Sesampainya di dalam, LINC KL itu sepi banget padahal waktu itu juga udah sore. Kita mulai nyari spot yang ada di instagram dan akhirnya menemukan tangga warna-warni ini. Bukannya foto-foto, kita berempat malah duduk lesehan berasa di rumah sendiri. Udah buka sepatu dan jingkrak-jingkrak di tangga kayak pemilik mall hahah. Belanjaan kita juga udah banyak gara-gara kita berempat kalap beli Eureka lagi pas di Central Market.

Buat foto di instagram oke sih, cuma nggak ada apa-apa. Akhirnya kita muter sebentar dan menemukan supermarket. Kita berempat akhir masuk dan mulai mengexplore semua lorongnya apalagi kita juga pengin beli air buat stok di rumah. Dan kita… belanja makin banyak hahaha. Mulai dari Joan yang kalap setiap ngeliat ciki-ciki, dia emang paling suka mencoba berbagai macam ciki apalagi dia bilang dia akhirnya ketemu Ruffles yang enak. Banyak juga makanan ringan yang udah kita beli di Central Market ternyata lebih murah di sini. Gilaa, nyeseknya sampai ke ubun-ubun (makanan ringan yang dimaksud kayak: milo cube, kitkat popcorn dll).
Alhasil, belanjaan kita satu keranjang besi lagi HAHAHHA. Kita berempat udah mulai panik karena hari ini belanja banyak banget, ngeluarin duit banyak banget, tapi masih juga tergoda sama berbagai jenis barang unik yang nggak kita temuin di Indo. Kebiasaan dah wkwkwk. Di sini, akhirnya kita berempat saling tarik-tarikan buat ke kasir karena setiap menitnya membuat keranjang kita terisi makin penuh. Berhubung belanjaan kita banyak dan udah campur banget, kita dibayarin sama Nova, sultan kita yang banyak duit tapi irit banget selama perjalanan ini. Dari kita berempat, justru dia yang paling dikit beli barang, kalau yang paling banyak itu biasanya Joan dan Bella disusul gue yang berada di tengah-tengah.
Setelah dari LINC KL, kita berempat pulang dengan barang bawaan yang seabrek. Udah pusing juga pas mesen Grab sampai minta tolong masuk ke Grab point biar kita gak jalan ke depan. Ngakak banget lah pas kita berempat udah saling bilang, “Cuy, ini belanjaan udah banyak. Kita masih perlu makan besok dan lusa baru pulang.”
Dari LINC KL ke apartemen kita harganya 16 RM (4 RM per orang), tadinya gue mau ngajakin mereka buat pergi lagi cabut. Apalagi gue tipikal yang pantang pulang sebelum malam. Tapi mereka udah capek dan bilang takut tepar buat besok ke Genting. Akhirnya kita semua bebersih dan beberes. Berhubung gak ada makan malam, kita akhirnya mau ke Sunway Putra.
SUNWAY PUTRA

Dari Regalia ke Sunway Putra kita cukup berjalan kaki doang. Mantap banget gak nyampe 10 menit kita udah sampai di mall dong hahah berasa orang kaya gitu tempat tinggal dekat sama mall. Dan kali ini, gue bersama Bella dan Nova, meninggalkan Joan di apartemen yang udah mager soalnya udah pake skincare (dia bilang sayang nanti kalau dia keluar lagi mesti pake ulang skincarenya). Lucunya kita bilang Joan pengkhianat di apartemen doang WKWKK sedangkan kita bertiga pergi beli makan.
Gue juga udah bodo amat masuk mall pake baju tidur dong hahahhaa, dan sayang banget kita Cuma bentar di sini karena ternyata di Sunway Putra lumayan lengkap. Gue sebenarnya pengin ngajakin mereka nonton di TGV sini hahahha dan buat makan malam kita memilih Texas yang lebih murah sekaligus Subway buat sarapan besok hari biar dibagi 3 (Bella bilang dia gak kuat makan roti banyak gitu pagi-pagi).
Seperti yang gue bahas sebelumnya, di sini ada juga Daiso (gue pencinta Daiso fix! Wlkwk), TGV, supermarket, dan berbagai kedai makanan mulai dari KFC, BK, Texas sampai ke es krim yoghurt LaoLao. Kalau kalian nginep di Regalia, wajib sih mampir ke sini. Sayang banget waktu itu udah agak malam juga, jadi kita gak bisa explore apa-apa. Bella pun udah capek jadinya kita memutuskan pulang. Nah, berhubung mager, kita memesan Grab HAHHAHA, gaya banget kan. Ini karena udah malem dan kita bertiga cewek.
Overall, H2 was fun. Kita paling banyak muter-muter, paling banyak ngobrol untuk menikmati jalan kaki ini. Masih sama dengan hari sebelumnya, Joan juga masih nyari masker yang susahnya minta ampun. Akhirnya kita ketemu satu-satunya toko yang menjual masker. Itu pun bukan masker yang ijo Sensi tapi masker bebek yang aneh banget hahaha. H2 yang paling gue inget itu pembicaraan kita berempat yang udah itung-itungan duit soalnya udah jajan banyaakkkkk banget sampai kita pulang juga kesusahan banget bawanya. Serius gais. kalap. Hilap.
Itinerary Day 2 (harusnya Day 3 sih)
